Setelah Lisa menjalankan mobil yang dia naiki dengan istrinya, Jennie berusaha mencuri pandang ke arah Lisa yang sedang menatap jalanan dengan tajam dan mencengkram setir mobil yang terlihat urat urat kecil di tangannya.
Dia berusaha menenangkan dirinya supaya tidak terasa tegang berada di sisi istrinya yang sedang emosi, dia tau bahwa istrinya sangat marah kepadanya. Jennie menghembuskan nafas lalu membasahi bibirnya dan menatap ke arah Lisa yang tidak meliriknya sama sekali.
"Lisa.."
"Aku tidak membutuhkan banyak waktu darimu, aku yakin kau mengetahui apa yang sedang aku pikirkan" kata Lisa memotong ucapan Jennie.
Jennie mengangguk dan memejamkan matanya lalu menatap Lisa kembali "Lisa, sebelum bertemu denganmu, Kai adalah cintaku. Dia orang pertama yang bisa membuatku jatuh cinta dengan kelembutan dan kasih sayangnya, Kai tidak pernah membuatku sedih bahkan menangis, dia selalu mencari cara bagaimana bisa membuatku jatuh cinta. Hampir seluruh waktu yang aku berikan, Kai berada di dalamnya. Dia selalu memberikanku ketenangan, kehangatan dan kebahagiaan. Berhari hari dia tidak pernah membuatku kecewa bahkan aku semakin mencintainya karena dia tidak pernah mengecewakanku"
•... Sampai akhirnya aku menyadari, setelah sekian tahun aku bersamanya, aku tidak bisa jauh dan lepas darinya. Aku berpikir.. bahwa Kai memang yang terbaik untukku, dan aku sangat mencintainya."
Saat Jennie mengatakan semua kalimat tersebut, dada Lisa semakin sesak dan sulit untuk bernafas dengan tenang. Dia menginjak gas dan mempercepat kecepatan mobil yang sedang dia jalankan.
Jennie merasa ketakutan di dalam, dia berusaha untuk menenangkan dirinya dengan mengeratkan cengkramannya ke sabuk pengaman yang dia pakai. Tetapi, dia tidak berhenti untuk menatap Lisa dari samping dengan air mata yang mulai turun.
Jennie menyadari bahwa Lisa tidak menyukai apa yang sudah dia katakan, Jennie berdoa di dalam hati untuk keselamatannya dan mulai melanjutkan.
"Tetapi ketika aku memiliki karir yang baik dengan tercapainya impianku, dan aku memiliki penghasilan dari hasil keringatku, dia mulai berubah.. Kai tidak seperti Kai yang aku kenal" ada jeda sebentar saat Jennie mulai mengingat masa lalu kembali "Dia mulai berani memarahiku bahkan selalu membuatku takut jika aku berada di dekatnya"
Setelah mendengar penjelasan terakhir, Lisa mengurangi kepecapatannya yang membuat Jennie melonggarkan cengkramannya.
"Aku takut, aku takut kehilangannya" lanjutnya dengan gugup memperhatikan wajah Lisa yang mulai memerah menahan marah.
"Dan pada saat dia mengetahui aku akan menikah denganmu, ada kekecewaan dihatiku dan di hatinya. Karena aku yakin bahwa aku tidak akan pernah bahagia bersamamu.. karena orang yang aku cintai pada saat itu adalah Kai, bukan kau" kata Jennie mulai menangis karena merasa bersalah.
Lisa mulai tidak sabar, dia menggelengkan kepalanya lalu membuka sabuk pengaman dan mulai menginjak gas dengan kecepatan lebih dari sebelumnya. Meskipun jalanan tidak seramai biasanya, tetapi Jennie tetap ketakutan.
Dia mulai berteriak dan menangis sambil memejamkan matanya "Lisaaaa please stop, kau membuatku takut"
Lisa tidak mendengarnya, dia tetap menjalankan mobilnya sambil menahan emosi di dadanya untuk tidak membuang Jennie dari mobilnya.
Jennie mulai menangis ketakutan, dia tidak berani mengeluarkan suara apapun dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena tidak ingin melihat Lisa yang semakin menggila membawanya.
Beberapa menit dia menangis, Jennie tidak mendengar suara menyeramkan dari kecepatan mobil. Dia bahkan tidak mendengar mesin mobil menyala yang membuatnya membuka mata dan melihat ke arah samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS - JENLISA
Ficção AdolescenteKhusus pembaca yang memiliki mental yang kuat dan siap untuk emosi setiap saat, selamat membaca teman teman.