Chapter Twelve

7.3K 527 5
                                        

"Let's be nothing. I heard it last forever."

--------------

Alexis's POV

Gue keluar dari kerumunan pesta kemenangan di rumah Felix, dan jalan ke balkon atas yang terletak tepat disamping balkon kamar Felix. Gue selalu mengagumi banyaknya bintang di langit, dan kemudian sadar bahwa betapa kecilnya gue jika dibandingkan dunia.

Otak gue kembali memutar kejadian seharian ini. Gak ada yang lebih berkesan selain bisa tanding bareng tim. Dan hari ini juga gue melampiaskan dendam gue setelah berbulan-bulan. Setiap nginget itu, pergelangan tangan gue selalu nyeri, dan jari-jari gue juga masih lebam.

Dibalik rasa sakit, seketika gue inget Adam.

Rambutnya yang acak-acakan dan tetap hitam pekat kayak pertama kali gue ketemu. Matanya yang memandang gue terasa mencekat, dan sedingin malam. Lisannya yang selalu menghujam, dan semuanya yang ngebuat gue kacau kalo soal dia.

Gue nyesel punya sesi perkenalan yang gak bisa dibilang baik, dan gue juga nyesel atas apa yang gue lakuin ke dia selama ini. Harusnya kita bisa lebih normal dari ini, karena memang kita udah pernah ketemu sebelumnya. Tapi gue rasa masih gak se-sederhana itu.

Gue mulai terima kenyataan, dan nengok ke bawah dimana ada beberapa anak yang main basket di teras depan rumah Felix. Adam berdiri tepat disudut teras, tanpa ngelakuin apa-apa.

Nafas gue tercekat, dada gue sesak, jemari gue seketika mendingin, dan gak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut gue. Adam menghilang dari pandangan gue, dan angin malam kembali berhembus. Sejak kapan angin malam bisa sepanas ini?

Terlalu lama melamun, sebuah cupcake mendarat dihidung gue diiringi tawa orang-orang yang terbahak dibawah sana. "What the.." Gue nengok kebawah. "Are you nuts?!" Pekik gue ke Felix dan Joshua dibawah.

Felix masih ketawa sambil megangin perutnya, sedangkan Joshua melambaikan tangannya nyuruh gue turun. "Get down here, and don't f*cking lick those whipped cream on your nose." Kata Joshua.

Gue menggeram, lalu turun ke bawah. Gue menutupi hidung gue selama melewati keramaian atau lebih pas disebut desakan di rumah Felix. Gue gak pernah nyangka kalo ngundang tiga angkatan bakal sepenuh ini. Gue nengok kanan-kiri dan nemuin Kemal lagi ngobrol sama-- wait. Johan?!

Kemal bener-bener ngobrol sama Johan, dan Johan keliatan enjoy sambil ketawa-ketawa. Pas gue lagi ngeliatin mereka, Kemal ngelirik, lalu melambaikan tangannya. Gue cuma senyum, dan ngacungin jempol ke mereka berdua. Mungkin Johan gak tau apa artinya, tapi buat Kemal, dia bakal ngerasa udah dapet restu dari gue.

Gue berjalan keluar, pas ngeliat Felix dan Joshua lagi dikerubungin cewek-cewek cheerleader yang memekik kayak burung elang. "Tuh dia orangnya." Kata Felix sambil nunjuk gue.

Semua mata elang tertuju pada gue seakan gue santapan mereka. "Hah?"

"Lo bener jadian sama Adam?" Kata ketua elang. Maksud gue, Bethany sang ketua cheers.

Gue ngelirik Felix dan Joshua yang udah stand by dengan tatapan nakalnya ngeledekin gue. "Kalo lo dapet berita-berita kayak gitu lagi dari dua cowok absurd dibelakang lo, percaya sama gue itu bohong." Jawab gue.

Semua mata elang tadi beralih memandang dua temen cowok gue dibelakangnya, dan pekikan-pekikan tadi mulai berlanjut. Gue langsung masuk ke dalem rumah Felix, dan nyari wastafel. Gue ngeliat Evan dan pacarnya yang lagi make out pas didepan wastafel, seakan memblokir kesempatan gue buat ngebersihin hidung-whipped cream gue ini.

"Get a room, douche bag." Kata gue sambil gak peduli menggeser mereka menjauh dari wastafel.

Evan nyuruh pacarnya pergi, dan beralih nyamperin gue. Dia memperhatikan gue yang lagi sibuk bersihin hidung, terus ketawa. "Kenapa idung lo?"

ReboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang