My Chaca

Hanya Kamuflase

  "Kamu layaknya Oasis ditengah dahaga tak berujung"

                   (Tsalsa Andriana)

**
Mendengar pertanyaannya secara langsung membuat otak dan hatiku tidak beriringan. Kalbuku ingin sekali menyampaikan bahwa aku masih menyimpan rasa kecewa yang teramat dalam padanya. Namun di sisi lain, logikaku memerintahku untuk tetap menyimpan rapat rapat kisah kelam masa lalu itu dan ukup menjadi history pahit yang akan menjadikanku wanita kuat untuk terus melaju dan bangkit.tak perlu menangisi atau menyimpan amarah pada hal hal yang tak sejalan dengan harapan yang pernah ada.

Toh, semuanya sudah berhasil aku lewati fase tiap fase kehidupan. Aku mampu berdiri disini,jauh dari orangtuaku dan berpisah daei keluargaku hanya untuk membuatnya tak terus merasa terbebani dengan kehadiranku disisinya.

Dia berdehem memecah kesunyian diantara kami. Aku tersentak kaget dan buru buru mengecek Handphone yang ada di saku rok.

"Jangan mengalihkan pertanyaan ku" pungkasnya membaca fikiranku dengan tepat. Aku memang berusaha menghindar dari pembicaraan tadi. Ideku hanya seolah olah mengecek pesan masuk atau sekedar melihat jam di tampilan layar depan handphone bergambar doraemon.

"Cha.."

"Hmmm.."

"Apa aku terlalu membuatmu terluka kala itu?"tatapnya nyalang.

Aku menarik napas panjang dan paru paru ku terisi penuh dengan oksigen kemudian menghelanya tak kalah panjang.

Tatapan mataku lurus kedepan tanpa berani menoleh kearahnya.

"Aku minta maaf atas apa yang pernah kuperbuat di masa lalu, aku meminta maaf atas luka dan kecewa maupun amarah yang kamu pendam selama ini padaku"ujarnya lebih dalam bahkan terlihat memelas.

" kamu tak perlu meminta maaf Ron" aku memberanikan diri untuk menanggapi permintaan maafnya dengan menatap mata elang yang kini terlihat sendu. Aku merasa, aku terlalu lama diam dan bersikap terlalu kejam dengan tidak menggubris setiap kalimat yang dia ucapkan padaku. Aku melihat ketulusan dari nada bicaranya, sepertinya aku perlu meluruskan hal hal rumit di masa lalu.

"Kamu tidak bersalah, dalam hal ini justru akulah orang yang patut dipersalahkan. Aku selalu membuatmu tidak nyaman, aku menganggu ketentraman hidupmu." aku menjeda kalimatku, sembari menahan bulir bening yang hampir saja lolos dari ujung mataku.

"Aku tau bahwa kamu tidak pernah menyukaiku tapi dengan bodohnya aku justru mengklaim bahwa kamu adalah milikku. Aku membuat kesalahan fatal yang membuatmu semakin membenciku" sambungan dengan suara yang hampir tercekat.

Rony mematung mendengar kalimat demi kalimat yang ku ucapkan dengan suara bergetar. Mungkin saat ini dia berusaha mencerna penjelasan panjang itu.

"Aku adalah dalang penyebab kandasnya hubunganmu dengan wanita yang amat kamu cintai waktu itu. Aku yang menyebar berita Hoak kepada orangtuamu bahwa kamu sudah melakukan hal yang tidak terpuji padaku sehingga ibumu memintamu menjadikanku sebagai pacaran untuk menutup isu itu agar tak berkembang di lingkungan sekitar apalagi sampai di dengar oleh relasi besar orangtuamu.Bahkan kala itu ibumu membuat janji pada orangtuaku bahwa akan menikahkanmu padaku jika kita sudah sama sama dewasa. Fatalnya lagi, kamu diminta memutuskan hubunganmu secara sepihak dengan Keyza." akhirnya kalimat itu lolos juga setelah dengan susah payah ku tahan.

Aku meremas tanganku yang mulai basah oleh keringat.

Dia menatap tajam kearahku

"Sudah ku duga" senyumnya terukir jelas. Tapi bukan senyum ramah melainkan senyum kebencian bahkan terkesan jijik.

"Kala itu aku hanya tau bahwa kamu harus menjadi milik ku. Aku marah karena kamu selalu menghindar dariku padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seperti gadis impianmu.Dan puncak kecewaku adalah saat kamu menolak pernyataan cintaku mentah mentah. Aku tak bisa mengabaikan rasa itu, melihatmu dengan perempuan lain dan memperlakukannya secara istimewa membuat mataku buta. Aku melakukan hal yang diluar kendaliku. Aku mengakui bahwa aku terlalu naif, aku gadis bodoh dan psiko." aku berusaha menjelaskan kembali di sela tangisku.