Si Anak Tetangga

339 25 3
                                    

"Ketika kamu adalah poros bagi duniaku maka kupastikan semestapun akan membersamainya"

(Tsalsa Andriana)

***

Mentari pagi menyambut ku bersamaan dengan deringan alarm dengan tipe nada standar stelan pabrik.Aku menguap dan mengucek ngucek mataku berusaha mengumpulkan sebagian nyawa yang "hilang" saat terlelap di alam mimpi.

"Akhh..apakah aku bermimpi baik malam ini?" Gumam ku sendiri sembari melakukan sedikit pergerakan untuk sekedar melemaskan sendi.

Setelah mematikan alarm yang semakin berisik di telinga, gegas aku bangkit dan merapikan tempat tidur kemudian menuju kamar mandi.

Tanpa sengaja, aku bersenandung riang menyanyikan salah satu lagu favorite ku semasa putih abu abu. Sekelumit kenangan masa lalu terlintas nyata di depan mata.

+FlashBack On+

Kala itu merupakan hari bahagiaku sehingga sejak pagi senyum senantiasa terbit di wajahku.

"Jadi berangkat sama ayah?" tanya ibuku yang terlihat sibuk di dapur.

Aku merapikan seragamku dan buru buru mendekat ke arah ibu yang terlihat amat telaten menyiapkan sarapan untuk kami.

"Iya bu..." aku menjawab sangat antusias.

"sini....Cha bantu" "sahutku lagi kemudian mengambil peralatan makan dan menyimpannya secara teratur di atas meja kayu dengan ukiran khas jawa.

" sudah Cha, kamu duduk aja"ucap ibu melarangku membantunya lebih banyak.

Tak lama ayah dan kedua kakakku keluar dari kamarnya masing masing. Mereka mengambil kursi yang biasa ditempati sehari hari. Aku melirik sekilas kearah kakak laki lakiku yang duduk tepat di sebelahku saat ini.

"Kenapa sih?" ucapnya menyadari lirikanku.

"Rapi amat bang" jawabku polos yang diikuti dengan tatapan semua keluarga kearah lelaki dengan seragam SMA tersebut.

"Laahhh...emang masalah?" dia terlihat sedikit risih karena semua mata kini tertuju padanya.

"Kan jarang banget liat abang rapi ke sekolah.biasanya kayak abis tawuran"lontarku menambahkan ekspresi menyebalkan.

Kali ini dia hanya diam seperti tak ingin meladeni pertanyaan pertanyaan usilku. Dia kembali fokus pada piring dihadapannya.

" kamu hari ini semangat banget Cha"tanya ayah mengalihkan topik pembicaraan dan sudah mengunyah suapan kedua dari menu sarapan kami pagi ini.

Ibu menarik kursi di samping ayahku dan sesekali memperhatikan perubahan penampilan dari anak kedua nya kali ini.

"Kan hari bersejarah bagi Chaca yah" jawabku excited dan berbinar.

"seneng karena bisa ngintilin anak tetangga" ucap abang ku seolah membalas ku.

"Dih.. Apaan sih..mana adaaaa" balasku hendak mencubit pinggangnya.

"Ihh..abangg"ucapku sebal karena dia dapat menghindari pergerakan ku secara gesit.

"Abang tu yang tumben wangi banget.mana kayak ngabisin 1 botol parfume" seraya mengendus ke sumber aroma namun dengan entengnya dia menoyor kepalaku.

Aku meringis sembari mengusap bagian tempurung kepalaku yang menjadi korban kekejaman tangan kokohnya.

"Paling lagi naksir ketua OSIS di sekolahnya itu cha" timpal kakak perempuanku di sambut tatapan tajam dari si objek pembicaraan keluarga kali ini.

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang