Mas Batak

444 40 8
                                    

Cinta dan Benci

Aku tidak pernah mengerti. 

Banyak orang menghembuskan cinta dan benci. 

Dalam satu napas. 

Tapi sekarang aku tahu. 

Bahwa cinta dan benci adalah saudara. 

Yang membodohi kita, memisahkan kita.

Sekarang aku tahu bahwa.

Cinta harus siap merasakan sakit. 

Cinta harus siap kehilangan. 

Cinta harus siap untuk terluka. 

Cinta harus siap untuk membenci. 

Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita. 

Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan. 

Setiap emosi jatuh..... keluarlah cinta.

Sekarang aku mengetahui. 

Implikasi dari cinta. 

Cinta tidak berasal dari hati Tapi cinta berasal dari jiwa. 

Dan zat dasar manusia. 

Ya, aku senang telah mencintai Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup. Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku.

  (Chairil Anwar)

***

"Astarfirullahhh..." suara pekikan seseorang membuat aku mendorong tubuh Rony. Beruntung ia sigap memegang kursi taman sehingga tubuhnya tak terbentur menyentuh tanah. Aku bergeser menjauh dari posisi awal yang hampir menempel dengan lelaki yang tengah meringis mendapati kelakuanku barusan.

"Maaf den Rony dan Non Chaca, pak Iman gak sengaja lihat. bapak cuma mau ambil selang di situ" dia menunjuk selang berukuran sedang yang tergeletak di pojok pagar dekat bangku taman.

Aku melihat kearah Rony yang terlihat bersungut kemudian mengambil selang plastik tersebut dan menyerahkan nya pada Pak Iman.

"Monggo lanjutin lagi Den, tapi saran bapak kalau bisa pelan pelan. Kesian non Chaca nya sampai susah napas"ucap Pak Iman pelan tapi masih bisa terdengar jelas olehku sehingga membuat wajahku bersemu, Ronypun terlihat mengaruk tengkuknya.

Setelah pak Iman berlalu sambil tersenyum meninggalkan kami berdua yang tampak canggung. Rony kembali duduk disebelahku dan meraih buku yang tergeletak begitu saja di papin blok Kemudian memindahkannya.

Belum sempat aku berdiri, tanganku di raih Rony dan di tarik pelan untuk duduk kembali disisinya "mau kemana sih?"ujarnya lembut seraya memberi intruksi melalui mata elang nya. Sesungguhnya aku masih merasa sangat canggung setelah adegan ciuman mendadak tadi di tambah lagi sempat kepergok oleh pak Iman. Meskipun dalam hati kecil ku aku telah menunggu lama masa masa ini tapi jika Rony melakukanya tanpa aba aba membuat aku kelimpungan dan sedikit bimbang. Terlebih Rony tak menjelaskan apa yang saat ini dia rasakan, dia hanya bertindak seakan akan kami adalah sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara. Sampai hari Ini pun aku masih meyakini bahwa Rony menerima ku sebagai calon istri yang di pilihkan orangtuanya, bukan wanita yang dipilih oleh hatinya.

Kadang aku merasa bahagia mendapati perlakuan manis nya tapi jika di ingat kembali bahwa hampir tak ada satu kata pun yang terucap dari bibirnya yang dapat menggambarkan isi hati nya pada ku membuat aku kembali gamang dan berupaya sekuat mungkin untuk menepis memungkinkan dia memiliki rasa padaku.

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang