Bernafaslah Sejenak

334 38 5
                                    

"Jika lelah, berhentilah sesaat

Jangan lupa menarik nafas sejenak

Buang rasa lelah, kecewa dan penat

Tapi jangan sekali kali berfikir untuk mengakhirinya sekalipun sulit dan sesak

Yakinlah Takdir akan menuntunmu pada apa yang kamu percayai

Dan semesta senantiasa membersamaimu dalam cinta dan kasih"

   (Tsalsa Andriana)

***

Sejak kehadiran orangtua Rony beberapa waktu lalu, fikiranku di penuhi banyak kebimbangan dan pertanyaan. Ada kalanya, aku menganggap itu layaknya bunga tidur yang tidak terlalu buruk tapi kali ini sangat tidak kuharapkan menjadi kenyataan.

Bukan aku melawan takdir

Ataupun menolak kerja keras semesta

Namun, aku meragu dengan semua hal yang kuhadapi

Apakah Rony semudah itu menerima keputusan keluarganya tentang pekara masa depan yang harusnya melibatkan hati, logika dan pemikiran pemikiran matang lainnya.

Terlebih dengan tembok perbedaan yang menjadi benteng tertinggi kami.

Aku tau bahwa tante Tiya dan om Aron bersungguh sungguh untuk memberikan kebebasan pada Rony, meskipun nantinya harus mengikuti keyakinanku. Tapi apakah Rony dapat menerima itu??

Aku lelah dan tak ingin berdebat dengan isi kepalaku, cukup sudah nasehat nasehat yang kuterima dari orangtua dan saudaraku. Semuanya menyarankan padaku untuk mempertimbangkan dengan baik permintaan mama dan papa Rony. Aku tak berani membantah tapi tak pula menyetujui saran tersebut sepenuhnya. Aku hanya butuh bernafas sejenak untuk sekedar mencari kedamaian.

Beruntungnya aku mendapat kepercayaan untuk mengelola resort milik rekan lama yang secara tak sengaja mengajak aku menjadi partner bisnisnya. Meskipun jarak tempuh ke lokasi kerjaku lumayan menyita waktu, tapi aku mulai menikmati peranku disini dan sepertinya titik kedamaian mulai kutemukan dengan hanya menyapa dan melayani konsumen.

"Minum Ro" tawarku sembari menyuguhkan secangkir coffe hitam kegemaran lelaki blasteran yang kini sudah duduk tepat di hadapanku. Pria berambut blonde khas bule itu tersenyum manis menerimanya kemudian menghirup aromanya dalam mengirim signal puas di saraf penciumannya.

"Gimana kerjaannya sal?"

"Seru banget sih ro..kayaknya gue bakal betah disini" tukasku polos dengan mata berbinar.

"Syukurlah..gue kira lo bakal minta resign makanya ngajak gue ketemu disini"

Aku tertawa kecil mendapati fikiran Faro yang terkadang di luar akal. Sebenarnya dialah pemilik usaha yang kali ini aku kelola. Dia memintaku membantu memanage administrasi terutama bagian pemasaran dan promosi karena menurutnya sangat cocok dengan background pendidikanku. Setelah melewati banyak pertimbangan, akhirnya aku menerima tawaran baiknya.

"Kopi buatan gue, enak kan?" tanyaku antusias.

"Enakk banget sal. Gue gak nyangka lo jago ngeracik kopi" pujinya dengan mengangkat dua jempol.

Aku tersipu mendapati perlakuannya yang terbilang manis untuk seorang lelaki seperti Faro.

"Gue belajar sama teman gue"tiba tiba aku mengingat sahabat karibku,Nadiya. Dari dialah aku belajar banyak hal di dunia perdapuran. nadiya sangat jago dalam meracik minuman terumata kopi sehingga tanpa sadar aku sering mengamati saat dia berkutat di mesin kopi yang ada di kantor.

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang