Permintaan

344 34 5
                                    

Jangan datang lagi cinta 

Bagaimana aku bisa lupa 

Padahal kau tahu keadaannya 

Kau bukanlah untuk ku

Jangan lagi rindu cinta 

Ku tak mau ada yang terluka 

Bahagiakan dia aku tak apa 

Biar aku yang pura pura lupa

(Mahen _ Pura Pura Lupa)

***

Dering telpon membawaku kembali ke alam nyata. Masih dengan separuh nyawa, aku meraba benda berisik tersebut di atas nakas. Mendapati panggilan dari nomor yang tidak asing bagiku, 

Diseberang sana, terdengar suara khas lelaki bule yang mendesakku untuk segera bersiap untuk menepati janji temu yang sebelumnya telah di buat. Dengan ogah ogahan, aku turun dari ranjang kemudian merapikan sprei yang sudah tidak terpasang secara sempurna di tempatnya.

  _Time Skip_

Setelah berpamitan dengan Faro yang mengantarku pulang, aku mendapati beberapa mobil mewah di pekarang rumah. Aku mengira itu adalah tau jauh ayah karena plat mobilnya merupakan plat luar daerah kami. Di kursi teras depan, aku membalas senyum seorang pria paruh baya yang buru buru berdiri melihat kehadiran ku.

Beliau menolak ajakanku secara halus kala ku tawari untuk ikut masuk ke dalam rumah.

"Assalam......" belum sempat aku mengucapkan salam dengan sempurna, mataku di kagetkan dengan kehadiran beberapa orang di ruang tamu. Aku menatap orangtuaku yang melambaikan tangan kemudian memberikan isyarat keparaku untuk duduk bersama. Aku menurut, dengan langkah pelan aku mengambil posisi tepat di sebelah ibuku. Sedangkan ayah dan bang Tama berada disofa sebelahnya.

"Kamu Chaca?" tanya tamu yang duduk di seberang.

Aku mengangguk kemudian menyalami wanita yang saat ini menatapku dengan intens. Kemudian beralih ke pria disebelahnya yang kuyakini adalah suami dari wanita tersebut.

"Apa kamu tidak mengenali kami?" tanyanya kembali terlihat tertegun melihatku.

"Tante sama om, orangtuanya Rony"jawabku agak ragu, khawatir jika tebakanku keliru.

Kudapati senyum yang terukir di wajah Tante Tiya, Mama Rony.

"Ternyata kamu masih mengingat kami, kamu semakin cantik"sahutnya tersenyum sumringah. Aku hanya membalasnya dengan menyunggingkan senyum tulus di sudut bibir.

Ayah berdehem kemudian membuka obrolan

"Kedatangan orangtua Rony disini adalah untuk menempati janji yang pernah di buat sebelumnya kepada keluarga kita"netra ayah tampak memancarkan keseriusan saat menyampaikan kalimat tersebut.

Aku mulai bertanya tanya, janji apa yang dimaksud ayah. Sekelebat fikiran terlintas, apakah janji yang dimaksud ayah adalah janji beberapa tahun lalu. 

Buru buru ku tepis fikiran itu, kecil kemungkinan pekara itu di ungkit kembali setelah banyak hal dan tahun yang terlewati.

Ayah menarik napas dalam kemudiaQn menjelaskan kembali. "Janji untuk menikahkan kamu dan Rony"

Duarrr.....

Bagai tersambar petir disiang bolong, aku terperanjat tak menyangka dugaan yang sempat terbersit sesaat ternyata benar benar menjadi alasan berkumpulnya dua keluarga saat ini. Aku menatap bingung kearah Ayah kemudian bergantian ke arah ibu dan bang Tama. Merek serempam menyakinkanku dengan anggukan kepala. Sekelebat bayangan masa lalu itu tiba tiba berputar sehingga menyebabkan kepalaku pening seketika.

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang