Napas..Cha!!

718 40 5
                                    

Membenci dan mencintai adalah dua kata berbeda pelafalan namun memiliki kesamaan makna.

Benci dan Cinta adalah sama sama racun 

Diri sendiri yang meminum tapi berharap oranglain untuk MATI.

    (Tsalsa Andriana)

***

"Permisi, apakah saya bisa bertemu pak Faro?" tanya tamu yang baru memasuki ruangan.

Mendapati suara yang teramat familiar di telinga, aku pun mendongak dan mendapati tamu tersebut adalah orang yang telah lama ku rindukan. Orang yang hanya bertukar kabar lewat dunia maya Itupun sama terkejut nya dengan pertemuan tak di sengaja ini.

"Tsalsa?"dia menghambur dalam pelukanku sedangkan aku dengan suka rela mendekap erat tubuhnya ingin melepas rasa rindu yang teramat mengunung. Genap setengah tahun Kami tak bertemu muka sejak perpisahan terakhir kami di bandara waktu itu. Sepertinya dia sangat terharu sehingga pundakku hampir basah dihujam airmata yang menetes cukup deras.

Dibalik kacamatanya, Faro hanya melihat kami dengan tatapan bingung namun aku mengabaikan karena atensiku sementara tersita untuk perempuan yang masih memelukku erat dengan sedikit isakan. Aku mengelus punggungnya berupaya memberikan ketenangan meskipun aku terbilang sulit mengulurkan airmata tapi kali ini ada setetes bulir hening di pojok mataku yang segera ku usap sebelum menetes ke pipi. Aku tak ingin terlihat rapuh, karena aku tak ingin membuatnya merasa terbebani dengan jalan ceurita hidup ku. Lagipula, sudah sepatutnya kami berbahagia karena masih diberikan waktu dan kesempatan untuk saling menguatkan.

"Lo kok disini?"tanyaku setelah mengurai pelukan dan mengajaknya duduk di seberang sofa yang ditempati Faro.

Setelah mendekap airmata nya menggunakan tissue yang kuberikan. Nadiya terlihat menebar senyum "Gue ada kerjaan Sal" dia merapikan rok hitam yang digunakan.

"Lo sejak kapan ada disini?"

Aku berdiri hendak mengambil kan minuman dingin di lemari pendingin yang tersedia diruangan.

Nadiya memandangku dengan tanda tanya.

"Maksud gue, sejak kapan lo di kota ini?" aku memperbaiki pertanyaanku yang sedikit ambigu kemudian menyodorkannya sebotol kopi latte kesukaannya.

"Gue udah beberapa hari tiba disini. Kalau gak salah gue sekitar sabtu siang menjelang sore gitu lah. Agak lupa gue"dia menuang minuman itu ke dalam gelas langsung meneguknya beberapa kali.

"Kok lo gak ngabarin gue padahal paginya kita telponan"

"Gue kemarin buru buru banget packing nya. Gue juga berangkatnya setelah telponan sama Lo. Itupun kayak di uber uber sama FBI. Pas nyampai sini langsung sibuk nyiapkan ini itu untuk project aku" Nadiya mengenggam jemariku seraya menjelaskan keadaan yang sebenarnya, sepertinya dia tak ingin aku salah paham karena terlupa untuk menghubungiku selama dia disini.

"Maaf ya Sal" ujarnya kembali.

"Iya Nad..gue ngerti kok"Nadiya tersenyum senang mendapati aku yang memahami situasi genting nya kala itu.

"Lo tinggal di mana?"tanyaku kembali.

"Gue nginap dihotel dekat sini kok"

"Kenapa gak nginep rumah gue aja sih, sok kebanyakan duit lo"

"Mumpung ditanggung sama si Bos. Kapan lagi gue bisa menikmati fasilitas VVIP" dia uber ujar setengah bangga memamerkan kebajikan hati atasan nya.

"Terserahh lo deh Nad..tapi lo harus lain ke rumah gue ya!minimal nginap semalam dua malam di rumah gue. Gue kangen banget sama lo"

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang