Bukan Pilihan

338 35 11
                                    

Tuhan hanya menitipkanmu satu hati, jangan paksa ia menempatkan banyak nama didalamnya"

(Tsalsa Andriana)

***

Mati matian aku menghindarinya, namun dengan mudahnya semesta mempertemukan kami hanya karena sebuah buku. Aku merutuki diriku, kenapa tetap memilih berada di perpusatakaan dan mau tak mau harus siap dengan penagihan janji yang sudah ia sampaikan berulang kali.

Dia menyenderkan punggungnya di kursi kemudian menyilangkan kedua lengan di depan dada. Dengan tatapan mengintimidasi, dia tak sedikitpun memberiku peluang untuk menghindar kembali.

"Aku sudah menemuinya dan aku sudah menceritakan semua seperti apa yang kamu minta" ujarku

"Aku minta?" dia mengulang kalimat yang aku ucapkan seolah menyangsikan maksud yang tersirat didalamnya.

Aku menghembuskan nafas pelan berharap hari ini berlalu lebih cepat.

"Aku sudah meluruskan permasalahan yang membuat putusnya hubunganmu dan Keyza. Aku sudah menyampaikan bahwa akulah dalang dibalik semua kesalahpahaman yang ada" aku memperbaiki kalimat yang diragukannya tadi.

"Bagaimana reaksinya?" ia bertanya semakin mengusikku

Meskipun aku tak ingin memperpanjang masalah ini tapi dengan berat hati aku menyampaikan fakta yang telah disampaikan oleh Keyza.

"Dia tak bisa menjalin hubungan kembali denganmu"agak ragu tapi akhirnya kalimat itu lolos juga dari ujung lidahku.

"Apa aku layak mempercayaimu?" ujarnya lagi lagi meragukanku.

"Aku tau ini berat buat kamu, tapi cobalah untuk menerima kenyataan bahwa Keyza sudah memiliki paca. Eemm maksudku tunangan. Bahkan sebentar lagi mereka kak melangsungkan pernikahan"ungkapku sunguh sungguh diiringi dengan rasa cemas.

Dia bergeming kemudian tersenyum sinis kearahku disertai dengan memajukan beberapa centimeter tubuhnya.

"Aku tau"

Dua kata yang sukses membungkamku. Aku menyipitkan kedua bola mataku, setengah tak percaya dengan pengakuannya kemudian menatap irasnya bingung

Sepersekian detik logika mengiringku untuk menerka nerka maksud perkataannya. Jawaban yang kudapati hanyalah kenyataan yang memilukan "dia sengaja melakukan ini padaku untuk membalas perbuatanku padanya dulu" seperti yang selalu ia gaungkan setelah pembicaraan kami di mobil kala itu.

"Jika kamu sudah tau, kenapa masih memintaku mencarinya dan menemuinya hanya untuk menjelaskan hal yang sudah lama ingin aku lupakan" tubuhku melemas karena merasa dipermainkan olehnya.

"Aku ingin kamu yang membuat pengakuan secara langsung pada Keyza. Bukan untuk dia kembali padaku tapi agar dia tau bahwa aku bukan lelaki yang dengan mudah menyerahkan tubuh dan hatiku pada perempuan yang tidak pernah masuk pada kriteriaku" sepasang mata elang itu menatap tajam kearahku. Kalimat demi kalimat yang dia lontarkan bagaikan pedang api yang menghunus tajam tepat di hati kecilku.

"Sekalipun tak ada wanita lain didunia ini, aku lebih memilih hidup sendiri dibanding bersama denganmu. Kamu hampir tak layak ku anggap sebagai wanita karena tak ada wanita yang merendahkan harga dirinya hanya untuk mendapatkan hati seorang lelaki" kata pamungkas yang membuat dadaku lebih sesak hampir tak dapat bernapas.

Damn !!!!!!

"Apakah kamu sudah puas mempermalukanku?" tanyaku sekuat tenaga menahan tangis meskipun airmata sudah menumpuk tinggal menunggu bermuara.

Dia memalingkan wajah kemudian memasang kembali kaca mata hitam yang sejak tadi tergeletak di atas meja.

"Terima semua karmamu Tsalsa Andriana" kalimat itu menjadi penutup pembicaraan kami siang ini.

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang