Rumah

380 34 4
                                    

Sehancur apapun dirimu, keluarga adalah sebaik baiknya RUMAH untuk kembali dan merawat lukamu SEPENUH HATI"

    (TSalsa Andriana)

***

Aku menatap rinai hujan dengan bias kemilau jingga di tepian danau senja ini. Disini membuat aku tenang dan mampu berfikir dengan jernih.

Meskipun di sekitaran terlihat beberapa pengunjung lintas gender yang juga menikmati mentari dengan cahaya kecoklatan bersama orang orang terkasih mereka, semua itu tak lantas mengusik ketenangan yang tercipta dari kesendirian yang membuatku amat mensyukuri karunia Tuhan.

Aku menyenderkan punggungku di belakang kursi besi di samping danau, sejenak hal ini mengingatkanku pada kejadian beberapa hari yang lalu saat aku menginjak kembali rumah yang sudah lama ku tinggalkan. Munafik jika aku menyatakan bahwa hatiku tak rindu pada rumah yang menemani tiap fase perjalanan hidupku sejak kecil hingga menyelesaikan masa SMA. Aku juga teramat sangat merindukan penghuni rumah dengan segala kehangatan yang tercipta di sana. 

Ya...merekalah "rumah" yang sebenar benarnya "rumah" untukku.

Aku siap menerima konsekuensi seberat apapun respon mereka untukku nanti. Selain karena ada rindu yang menggunung, merekalah rumah yang kucintai sepenuh hati.

Ternyata ketakutan ketakutanku selama ini hanyalah sebuah imajinatif buruk yang kurangkai dengan perspektifku sendiri. Semua hal buruk yang selalu menghambat kepulanganku selama ini tidak sesuai dengan realita yang kudapati

Hampir tak ada sepatah katapun dari mereka untuk menyalahkan keputusanku bahkan ibu yang kukira sudah tak menyayangiku seketika menumpahkan tangis yang begitu pilu mendapati sosok anak perempuan bungsunya pulang ke rumah dengan derai airmata. Ibu memeluk ku sangat erat dan diikuti dengan dekapan abang, kakak perempuan cantikku serta ayah yang selalu menjadi support terbaik.

Dalam hati aku mengutuk semua perbuatan buruk yang pernah aku lakukan di masa lalu.

"Maafkan chaca..ayah ibu!!maafkan anak Jahat mu ini" ucapku disela tangis. Mereka merangkulku lebih erat dan menumpahkan Semua sesak sekaligus bahagia.

"Dek.."

"Dek.."

"Dek cha.."

Sontak panggilan tersebut membuyarkan lamunanku. Aku mengangkat kepala dan mendapati sosok wanita dengan iras cantik khas wanita dewasa. Dia kakak sulungku,kak Tania.

"Yuk pulang..udah di jemput sama Tama" ujarnya sembari menarik kedua lengan ku.

Aku menurut dan mengekori langkahnya tanpa protes.

Setiba di depan mobil, aku menemukan beberapa pria yang terlihat asyik mengobrol membelakangi kami. Sepertinya kehadiran kami tak di sadari oleh mereka bertiga.

"Hey.." sapa kak Tania entah kepada pria yang mana.

Panggilan tersebut membuat ketiga pria yang memiliki postur tubuh yang kurang lebih sama tersebut menoleh kearah kami. Aku mengenali salah seorang pria tersebut, dia adalah saudara laki lakiku bang Tama. Sedangkan 2 sosok lainnya masih terlihat kurang familiar di mataku.

"Beb..kenalin adik bungsu gue" ungkap kak Tania sembari merangkul lengan pria berkemeja rapi dengan gaya rambut sliked back. 

Dia mengulurkan tangan kearahku dengan menampilkan senyum sumringah.

"Hey..senang bertemu denganmu. Perkenalkan nama saya Daniel. Calon abang iparmu"

Aku menyambutnya dengan rona tak kalah bahagia mendapati kakak sulungku sudah memiliki kekasih bahkan sudah menuju ke jenjang yang lebih serius "Tsalsa"

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang