Cinta Masa Lalu (2)

233 38 20
                                    

Sepeninggalan Nadiya, aku kembali ke rumah bibi kemudian merapikan barang bawaanku karena niat nya hari ini aku akan pulang ke rumah orangtuaku dan menyelesaikan masalah ku.

Saat keluar dari rumah dan mendapat sebuah mobil yang terparkir tepat di pintu pagar. Setelah berpamitan pada bibi dan pamanku, aku memasuki mobil SUV hitam tersebut yang kayakini sangaja di pesan bang Tama untuk mengantar ku tempat tujuan. Karena sebelumnya aku sudah mengabari kedua saudara kandungku itu.

Aku membuka sedikit jendala dan merasakan semilir angin yang menyapa lembut wajahku yang tampak sembab. Sesekali aku melirik kearah depan karena sadari aku memasuki mobil, sang sopir yang mengenakan topi dengan kaca mata hitam dan masker itu sering cuci pandang me lalu kaca depan.

Sebenarnya aku merasa tidak nyaman karena pria itu sejak tadi tak ter bicara sepatah katapun tapi diam diam mengamati serak gerikku.

"Apa dia penculik?" monologku seketika bergidik ngeri.

Berusaha abai, aku mengambil earphone kemudian memasangnya kemudian mengenakan kaca mata hitam untuk menyemarkan mata sembab akibat menangis kisah hidup ku yang teramat pahit.

Entah berapa lama aku berada di perjalanan, saat aku mengerjapkan mata. Aku mendapat diriku yang sudah terbaring di sofa besar bewarna hitam.

Aku bangkit dari tidurku kemudian berjalan perlahan mengamati ruang yang tampak asing di mataku. Banyak tanya yang belum terjawab yang kulontarkan pada diriku sendiri.

"Bagaimana aku bisa di tempat ini?"

"Siapa yang membawaku disini?"

"Seingatku kali terakhir aku masih berada di dalam mobil bersama seorang pria yang ku anggap sedikit aneh?"

"Apakah aku benar benar di culik oleh pria itu"

Pertanyaan terakhir itu membuat kepalaku mendadak pening dan jantung ku berdebar hebat. Ada kekhawatiran bahkan rasa takut yang teramat dominan hingga mengiringku tanpa sangaja tiba di depan sebuah figura dengan sebuah foto sepasang muda mudi berseragam putih biru. Samar aku mengerjapkan mataku setengah tak percaya dengan apa yang aku lihat. Berkali kali aku.mengucek mataku agar meyakinkan bahwa ini nyata.

Sosok dalam foto itu merupakan diriku dengan rambut ekor kuda yang tersenyum manis memeluk seorang pria tampan yang tampak datar dan posisi kaku. Pria itu tak lain tak bukan adalah Rony.

Aku ingat betul moment foto itu di ambil saat aku tanpa sangaja menjadi satu tim dengan nya dalam ajang kompetisi sains yang di adakan oleh pemerintah daerah. Kala itu, kami memangkan kejuaran itu hingga mamperoleh medali emas. Saking bahagia nya, aku memeluk Rony dari belakang kemudian sama sama memegang piala tersebut kemudian di abadikan oleh salah satu fotografer yang kebetulan membidik kearah kami.

"Ca..." suara itu membuatku mematung. Entah mengapa aku mendadak merasa tubuhku memanas,darahku berdesir lebih hebat dan jantung memompa lebih keras dari Semesta nya.

"Caaaa..." tanpa sadar tangan kokoh itu memeluk erat tubuhku dari belakang. Sepersekian detik aku membiarkan sosok itu mengurai rasa rindu yang Ku pendam hingga kesadaran membuat aku melepas dekapannya dan sedikit menjauh.

"Kita gak bisa gini Ron" ujarku

"Kenapa?" tanya pria dengan kaos hitam itu malangkah mendekat kearahku hingga tak memberi jarak yang bearti. Aku mendorong pelan dadanya dan di meja apartemen itu aku melihat topi dan kaca mata hitam yang sama persis digunokan oleh sopir yang tadi menjemputku di kediaman bibiku.

"Kenapa sih Ca?" tanyanye lembut kembali mendekat hingga posisiku saat ini sudah kepentok tembok.

"Ron.." aku masih mencoba menghindarinya namun apa lah dayaku jika di banding pria dihadapanku ini.

"Lo gak lihat seberapa kacaunya gue tanpa lo?" aku mendongak melihat wajah lelaki yang teramat kucinta itu. Wajah itu tampak sedikit tirus dengan kantong mata yang agak gelap di tone skin nya yang sebening air pegunungan.

"Apa gue nyakitin lo lagi?" tanyaku tanpa sadar meraba wajah tampan itu dengan jemariku. Dia memejamkan matanya, seakan terbuai dengan sentuhan kecilku.

"Gue butuh lo Ca"

"Tapiii..." belum sempat aku melanjutkan perkataan itu, Rony mengecup lembut bibirku. Aku melorot kaget tapi justru ia menempelakn kembali bibir sensual yang penuh candu itu. Kali ini sedikit lebih lama hingga aku harus mendorong pelan agar terlepas dari ciuman itu.

"Aku gak masalah kalau Kamu butuh waktu buat mikirin jawaban lamaranku kemarin"

Lagi lagi aku di buat kaget olehnya, ternyata dia memahami apa yang aku lakukan kemarin. Tak ada gurat kemarahan di wajahnya bahkan kini wajah yang tampak sendu itu menyunggingkan senyum manis khas Pria batak.

"Lo gak marah?" tanyaku

"Kenapa harus marah, kamu juga butuh memastikan perasaanmu sama aku kan?"

"Bisa saja perasaan cinta mu dulu udah gak semengebu dulu" ujarnya lagi kemudian duduak di kursi sofa yang menjadi tempat ku tadi ketiduran bagai orang pingsan.

"Emm..maksud gue bukan begitu?"aku pelan pelan mendekat kearah nya.

" gak apa apa Ca,aku maklum"dia tampak memaksakan senyum.

"Gueee...gue hanya ngerasa kalo gue gak pantas sama lo. Bukan gue yang lo mau Ron. Ini hanya karena rasa bersalah lo dan wujud tanggungjawab lo sama keluarga gue atau hanya karena desakan papa mama lo"

Dia menarik napas berat kemudian menposisikan diri nya dihadapanku.

"Ca..dengerin ya. Aku gak minta kamu percaya sama aku tapi please, Sekali ini aja kamu dengerin isi hati kamu"dia mengenggam tanganku dengan kami yang masih berada di sofa yang sama.

"Aku tau kalau kamu khawatir aku akan kembali sama Keyza setelah mengetahui kalau dia batal nikah. Aku tau kamu menganggap bahwa aku belum habis dengan cinta masa laluku. Aku tau aku dulu pernah membuat kamu ter lupa karena mengatakan bahwa kamu bukan tipe wanita idamanku"

Aku terbelalak kaget mendengar pernyataannya. Dari mana dia tau ini semua apa Nadiya sangaja menyampaikan obrolan kami pada Rony.

"Keyza udah menghubungiku saat aku masihdi Turky. Aku tau secara tersirat dia meminta aku untuk menerimanya kembali dan dapat me perjuangan hubungan itu sama seperti beberapa tahun lalu. Berjuang memperolaj restu orangtuaku"

Aku tak merespon lebih hanya diam diam mendengar kan penjelasanya.

"Apa menurut mu aku akan bersama nya?" dia melempar tanya itu tiba tiba.

Aku berfikir sejenak "dia sumber bahagia lo Ron, cinta masa lalu lo. Apa lo akan bahagia bersama cinta pertama lo?" tanyaku disela sela ketidak siapanku menerima jawaban yang paling tak ingin aku dengar.

Diluar ekspektasiku, dia mengangguk cepat dengan raut wajah bahagia yang mau tak mau aku harus mengigit bibirku menahan getir yang kurasa. Benar dugaanku bahwa dia masih mencintai cinta masa lalunya. Dia belum bisa melupakan cinta pertama nya yang sudah pasti adalah Keyza.

-BERSAMBUNG ...-

Finally, doubel up dapat rilis dengan selang waktu cukup singkat. Semua demi kalean para reader kesayangan author. Jhiahhh...

Apakah sudah bisa tidur nyenyak malam ini?apa butuh update_an lagi di next Chapter?cuss..di komen yawwww

My ChacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang