Bab 26. Flashback

817 41 7
                                    


"Kamu tidak akan bisa mengetahui isi pikiran seseorang,
sehebat apapun kamu mengenalnya."
Author N

POV Kavi

Flashback

Orang bilang kasih sayang orang tua harus adil namun aku tak pernah tau bagaimana rasanya sebab di rumah yang kelihatan mewah inilah hidup keluarga lengkap dengan kasih sayang yang berbeda.

Ibu ku lebih menyangi Kiyan adik bungsu ku, entah itu kasih sayang atau hanyalah obsesi.
Kiyan mengidap hemofilia sejak kecil itulah sebabnya aku ataupun Kay tak pernah bebas bermain dengan Kiyan.
Saat itu kami hanya takut kalau Kiyan akan terluka saat bermain, namun seiring berjalan waktu kami mulai menyadari bahwa yang kami takutkan adalah amarah ibu kami.
Dia akan mengurung kami tanpa belas kasihan.
Saat kami mulai dihadapkan pada kegelapan yang menakutkan disitulah kami mulai menyadari bahwa kasih sayang yang kami dapatkan tidaklah sama.

Ayah adalah anggota mafia, ia tak pernah sering pulang.
Ia juga sangat menyayangi Kiyan.
Dia tegas bahkan sangat tegas.
Saat dia pulang itulah waktu siksaan dimulai.
Belajar, belajar dan belajar.
Tiada hari tanpa belajar saat umur kami masih wajar bila bermain.
Saat itu kupikir ini adalah bentuk kasih sayang namun saat kuperhatikan orang-orang di sekitarku, kasih sayang tak pernah berbentuk siksaan seperti ini.
Pukulan akan menjadi hukuman saat aku mulai melakukan kesalahan.
Dan itu akan terus bertambah seiring dengan nilai yang kudapatkan.

Kenapa kamu menggunakan kekerasan ayah.
Disaat segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan mu?
Dan kenapa ibu hanya menonton saja?
Anak mu dipukuli
Kamu harus melindunginya.

Diam adalah ajaran yang kami pelajari seiring berjalan waktu, menerima bahwa apa yang mereka lakukan adalah hak mereka sebagai orang tua.

Seiring kami beranjak dewasa Kay mulai diabaikan dia mulai bebas dengan masa remaja walaupun aturan masih tetap berlaku untuknya.
Namun aturan dan hukuman akan terus berlalu ku untuk ku sebagai pewaris.

Terbiasa, mampukah kata ini menjelaskan rasa sakit yang tak biasa ini?

Dibalik rasa sakit ini, aku sangat menyayangi kedua adik ku, aku ingin melindungi nya agar mereka tak pernah lagi merasakan rasa sakit ini.
Sudah cukup dengan masa kecil kami yang terenggut, tangis kami yang terabaikan, dan rasa kesepian kami saat bermain.

Ini bukan tentang kesibukan tapi ini tentang prioritas.

...

Semua mulai membaik sampai suatu kejadian mengubah segalanya.

"Kak aku mau donat, donat kak"
Pinta Kiyan semangat sambil menunjuk kearah toko donat diseberang jalan.

"Baiklah, tunggu disini jangan kemana-mana" Ucap Kavi

"Baik" ucap Kiyan yang menggenggam tangan mungil dari seorang anak mungil yang berumur sekitar 1 tahun.

"Aku akan membeli donat disana, jaga mereka" ucap Kavi pada Kay

"Baiklah" ucap Kay

Kavi kemudian segera bergegas kearah toko donat

Drrt drrt

"Tunggu sebentar ya, kakak ada telpon" ucap Kay

"Baik" ucap Kiyan

"Kau suka bolanya baby El? Lucu bukan? Lain kali kita akan jalan-jalan bersama lagi oke?" pekik Kiyan

"Eungh, ucu"

"Aaaaaaa gemesnya, apa ini rasanya punya adik?" ucap Kiyan gemas dengan buntalan daging di depan nya yang sibuk bermain dengan bolanya dengan cepat Kiyan mengeluarkan ponselnya lalu mengfoto El

"Ugh" bola ditangan El terjatuh ke jalan raya, dengan polos El berjalan walau terus hampir terjatuh untuk mengambil bola itu sedangkan Kiyan yang masih sibuk melihat hasil fotonya dan Kay yang sibuk dengan telponnya.
Bunyi klakson mengalihkan perhatian Kiyan, melihat El ditengah jalan dan mobil yang melaju kencang kearah El tanpa pikir panjang Kiyan mendorong El sampai kepinggir jalan dan

"KIYAN" Teriak Kay

BRAK!

Apa yang paling ku benci adalah hal-hal yang tidak dapat ku prediksi.

Bruk!

Kotak donat yang dibawa Kavi jatuh ketanah melihat jalanan beraspal yang hitam mulai mengalir darah.
Dan El yang pingsan dipinggir jalan.

Kiyan dan El dilarikan kerumah sakit, El mengalami benturan ringan dikepalanya sementara Kiyan tak dapat diselamatkan karena faktor penyakit nya.

Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu Kay dikirim keluar negeri untuk kuliah.
Sementara aku harus menanggung semua siksaan dan caci maki tiada habisnya.

Kata orang ketika kamu terus bertahan, kamu akan menjadi lebih baik, namun itu tak berlaku untuk ku.
Rasa bersalah ini masih menghantui ku.

Sejak saat itu aku tak pernah merasa sedih lagi, aku tak pernah merasa takut lagi, aku tak pernah tau apa itu bahagia lagi.
Setiap hari adalah neraka bagi ku.
Bukankah menyedihkan ketika manusia tak mampu merasakan emosi?
Namun aku menyangkal kata menyedihkan itu untuk melindungi diriku sendiri.
Aku hanya ingin melarikan diri untuk sejenak, mulai berbohong pada diriku sendiri bahwa aku baik baik saja, sangat.
Tanpa sadar aku telah lari begitu jauh.

Saat lulus kuliah, aku mulai masuk kedunia mafia menjadi yang paling berkuasa.
Pikiran bodohku saat itu adalah berpikir dengan menjadi mafia aku bisa mengatur segalanya namun aku salah besar.

Beberapa hari kemudian ibu meninggal dunia karena depresi dan beberapa bulan setelahnya ayah juga meninggal dunia karena riwayat penyakit.

Hidup tak dapat diprediksi itulah kenapa kehidupan memiliki arti.

Penyesalan tidak memerlukan keberanian atau tekad,
itu bentuk mengasihani diri sendiri, siapapun yang punya otak bisa melakukannya.

Flashback end



Bersambung....

Halo reader✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Author sengaja buat flashback dengan berfokus pada masa lalu.

Intinya ada yang ingin author sampaikan lewat ketikan cerita ini semoga sampai deh pada para reader。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

Semoga ada yang bisa kalian petik dari cerita ini yah^⁠_⁠^

Info : Hemofilia adalah penyakit kelainan dimana darah tidak bisa membeku.

See you next chapter(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ

Komentar nya dong•́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀
Jangan lupa Vote✧

Sorry kalau ada typo:⁠-⁠)









Selasa, 30 April 2024

RAVANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang