Bab 28. Doktel-Doktel

713 47 4
                                    

"Apakah kau baik-baik saja?
Adalah pertanyaan yg jawaban nya hanya lah 2 yaitu, iya atau tidak, namun disetiap jawaban tidak ada kata sebaliknya yg ingin dikatakan tanpa perlu diucapkam secara lisan."
-Author N-

.

.

.

Suara langkah kaki terdengar dipenghujung lorong terlihat seorang pemuda dengan paperbag ditangan nya sampai langkahnya terhenti didepan ruangan, menarik nafas pelan lalu mengetuk pintu sebelum membukanya

"halo kak, apa kabar" sapa Kay

"Hmm, baik" jawab Kavi singkat

Suasana yg canggung bagi sepasang kakak-beradik itu sampai Kay mulai membuka topik pembicaraan mencairkan suasana.

"Kudengar kakak baru saja selesai konsultasi, bagaimana hasilnya?" Tanya Kay sambil berjalan mendekat lalu mendudukkan dirinya dikursi samping kiri brankar tidak lupa menaruh paperbag diatas meja.

"Apa itu?"

"Aah, itu cuma kue kering aku melihat toko yg baru saja buka disekitar sini jadi aku membelinya tanpa berpikir, tak apa kakak tak harus memakan nya, kakak bisa memberinya ke orang lain tapi tolong jangan didepan ku, sekarang berpura-puralah seakan-akan kaulah yg akan memakan nya" ucap Kay dengan senyum yg menghiasi wajahnya

Sungguh aura yg berbeda dibandingkan dengan aura kavi saat ini.

"Baiklah"

"Kak-"

"Maaf"

"Hah? Untuk apa?"

Kavi menoleh menatap mata Kay "untuk semuanya"

".....tak apa, aku baik baik saja"

"Apa itu kebiasaan mu?" Tanya kavi mengalihkan matanya kearah jendela disamping kanannya

"Maksudnya?" Heran Kay

"Entahlah, aku hanya merasa kau terlalu sering mengucapkan nya"

"Hahahaha, benarkah? Maaf aku tak menyadari nya, apa itu kebiasaan ku?" Ucap Kay ingin mencairkan suasana

"Yaaa, itu juga termasuk kebiasaan mu"

"Yang mana?"

"Tidak ada"

.
.
.

Flasback on

"Ibuuu! Lihat Kiyan mencoret buku ku lagi! Ini harus dikumpul besok!"

"Ayolah sayang, ini hanya masalah kecil jangan membesar-besarkanya"

"Tidak, ini sudah ke 12 kalinya, kenapa ibu tidak melarang Kiyan masuk kekamarku saat aku tidak ada?"

"KAY! hentikan, jangan bertingkah kekanak-kanakan, kau bisa membuatnya ulang kan? lagipula Kiyan masih anak-anak jadi wajarkan saja"

"Ta-tapi Kiyan, dia selalu merusak pekerjaan sekolah ku"

"Lalu? Apa ibu harus memarahi Kiyan, begitu?"

"Tidak, cukup melarangnya masuk saat aku tidak ada, itu saja"

"Haaaah, kau selalu bertingkah kekanak-kanakan Kay, setidaknya contohlah kakak mu dia tak pernah mengeluh seperti ini saat dia seusia diri mu"

"......."

Derap langkah kaki mulai terdengar
"Ibuuuuuu, aku ingin makan esklim"

"Waahhh astaga anak ku ini ingin makan eskrim hmmm?" Sang ibu menggendong putra bungsunya ke arah dapur meninggalkan Kay yg terdiam ditempat

RAVANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang