Bab 4. Bersama Vaza

6.5K 301 12
                                    

"Ada yang ingin tidur untuk melupakan dan ada yang Ingin melupakan untuk tidur"
-GEZAREN DENARD-
.
.
.
.
.
.


Di mansion

"Uh, di mana ini?"

El terbangun di kamar  bernuansa hitam namun tampak elegan.
Memandang sekitarnya namun tak mendapati seseorang membuat El merasa panik takutnya ia telah dijual oleh orang yg membawanya tadi.

Mata El berkaca kaca siap menumpahkan tangisan nya.

"Eng, hiks hiks... Hiks huaaaaa DADDY!!!! hikss hikss mau Daddy....hiks Daddy.. hiks hiks"
El membuang sembarangan pacfier yg menyumpal mulutnya.

Cklek

Seseorang datang membuka pintu dia adalah Vaza.

"Baby, hei jangan nangis cup cup udah ya nanti sesak"
Vaza datang mengendong El ala koala sambil mengelus punggung El dengan lembut agar El segara berhenti menangis dan benar saja El berhenti menangis dengan mata yg masih berlinang air mata menatap Vaza dengan polos dan raut wajah bingung nya membuat Vaza harus menahan diri untuk tidak menerkam adik kesayangan nya ini.

"Fiks, dia adik aku gak boleh ada yg nyakitin dia dan buat dia nangis kecuali aku sendiri" ujar Vaza dalam hati.

"Eng, siapa?" El

"Vazaner Denard, Abang kedua mu"
Jawab vaza dengan senyuman manisnya yg mampu memikat wanita mana saja yg melihatnya.

(Hanya berlaku di dunia fiksi masalahnya) author'

"Vaze?veza?vokri?" Jawab El karena jujur nama nya agak susah disebutkan oleh lidah El.

"Abang Vaza, Vazaner coba panggil"

"Abang Val" Panggil El yg masih saja menunjukkan wajah polosnya yg membuat jantung Vaza dag dig dug

"Val?" Heran Vaza kan nama nya v-a-z-a-n-e-r gak ada huruf L nya

"Iya, El boleh Panggil Abang Vaza jadi Abang Val gak? Soalnya nama Abang ribet, lidah El nanti kelilit mulu bilang huruf zet, auch!" Pekik El kesakitan karena lidah nya kegigit membuat Vaza jadi panik

"Tuh kegigit kan"

"Lidahnya nggak pa pa dek? Coba lihat lidah nya"

Vaza menarik dagu El pelan agar mulut El terbuka

"Aaaaa"

"Nggak sakit?"

"Udah nggak cakit kok"

"Yaudah kita mandi dulu ya udah mau sore"
El membalasnya dengan menganggukkan kepalanya mengerti.

Vaza melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi dengan El digendongan Vaza

"El mau mandi sendiri"

"NGGAK! Nanti kamu kepeleset di kamar mandi"

"El kan udah besar" cibir El

"Siapa bilang hm?"

"El yg bilang, kan El udah umur 11 tahun" dengan menunjukkan angka 10 di jari nya

"Itu kurang satu dek"

"Tapi jari El udah gak cukup, gimana dong?"

"Pfff, yaudah kita mandi aja dulu" jawab Vaza mengalihkan pembicaraan

"Pokoknya El mau_"

Perkataan El terpotong karena mendapat tatapan tajam dari sang Abang membuat nyali nya menciut seketika.

RAVANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang