2. Penolakan Zefanya

22 4 0
                                    

Happy Reading, Love.

"Barang kali lupa, dia yang terus menolak adalah yang nantinya terus meminta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Barang kali lupa, dia yang terus menolak adalah yang nantinya terus meminta."

[ ʚ;ɞ ]

Pembelajaran tahun ajaran baru sudah mulai kondusif itu artinya Zefanya sudah harus kembali menjalani rutinitasnya sebagai siswi di SMA Candramawa. Pagi ini ia bangun lebih awal, bahkan sebelum baskara menyiratkan arunika. Gadis dengan piama kuning bermotif bebek itu tengah bergelut fokus di dapur sejak setengah jam yang lalu.

“Biar saya saja yang masak, Non,” tawar Mbak Izza.

“Yesterday I just learned from papi to cook mami's favorite javanese fried rice that papi used to cook. Jadi, pagi ini biar aku aja yang masak spesial untuk mami, maybe this will make mami want to have breakfast with me,” celoteh Zefanya dengan riang.

“Biarkan saja, Izza. Kamu awasi saja Non Zee, kalau Non Zee butuh bantuan baru kamu bantu,” timbrung Bi Rumi yang baru saja keluar dari kamarnya dan masih menggunakan mukena.

Setelah berkutat kurang lebih satu jam, akhirnya hidangan nasi goreng jawa spesial buatan Zefanya tersaji di meja makan. Ia tersenyum puas, dengan langkah kaki kecilnya ia berlari ke kamar guna bersiap-siap sembari menunggu Paramitha untuk sarapan bersama.

Zefanya sengaja bergegas cepat untuk memakai seragamnya karena takut Paramitha meninggalkannya. Setelah merapikan kemeja putih yang dipadu padankan dengan rok hitam selutut itu, Zefanya pergi ke kamar Paramitha.

Ia mengetuk pelan pintu kamar Paramitha. “Mami, I've cooked mami's favorite javanese fried rice. Resepnya dari papi langsung, pasti mami suka. Can we have breakfast together for this morning?" pinta Zefanya memohon dari balik pintu yang belum dibukakan oleh Paramitha.

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan sesosok wanita dengan blazer merah muda. “I have to go to Semarang this morning, so you can have your own breakfast, okay?”

Iris coklat Zefanya menatap nanar koper yang berada di belakang Paramitha, ia masih berusaha mempertahankan senyumannya. “At least have breakfast first or try Anya's cooking."

“Pesawat saya take off satu jam lagi, Zefanya. I don't have a much time, so I'll have breakfast in Semarang,” balas Paramitha.

“Kalau gitu tunggu sebentar, biar aku bawakan bekal untuk mami,” bujuk Zefanya yang masih merayu Paramitha.

“I don’t have time, I’m in hurry, Zefanya. You can have breakfast with Bi Rumi,” ujar Paramitha yang kemudian melenggang pergi begitu saja.

Zefanya diam menatap tubuh ramping wanita yang sudah melahirkannya tujuh belas tahun lalu itu, ia menghela nafas kasar dan kembali ke kamarnya dengan sedikit membanting pintu. Bi Rumi yang melihat dari kejauhan hanya menatap sedih pintu kamar Zefanya.

MarakarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang