Happy Reading, Love.
"Cinta kerap kali menggerakkan sesuatu yang bahkan selama ini selalu dihindari."
[ ʚ;ɞ ]
Siang ini baskara tampak dengan terik memancarkan sinarnya. Motor gede milik Alano berhenti di depan pekarangan rumah mewah milik Zefanya. Ia berdecak kagum melihat kemegahannya, meski hanya satu lantai tapi luas rumahnya tidak main-main. Dari halaman depan saja sudah terbayang bagaimana mewahnya rumah itu.
Zefanya keluar dari mobilnya, ia menatap datar Alano yang justru masih sibuk menatap sekitar. “Ayo,” ajak Zefanya dengan nada datar.
Alano mengikuti Zefanya dari belakang, pertama kali yang ia lihat saat memasuki rumah Zefanya adalah guci-guci mahal yang besar dan beberapa bunga segar sebagai hiasan. Pantas saja teman-temannya bilang jika rumah Zefanya adalah rumah terbaik untuk kerja kelompok.
“Kita kerjain di gazebo kolam renang aja, gue mau ganti baju dulu,” ujar Zefanya yang meninggalkan Alano begitu saja.
“Gue gak tahu di mana kolam renang lo,” protes Alano saat Zefanya hendak meninggalkannya.
“Tinggal lurus aja.” Alano menggerutu kesal, ia bahkan baru pertama kali berkunjung ke rumah ini dan Zefanya meninggalkannya begitu saja.
“Mas Alan, ya? Temannya Non Zee, ‘kan?” tanya seorang wanita paruh baya saat melihat Alano celingukan.
“Iya … “
“Panggil Bi Rumi aja. Ayo saya antarkan ke gazebo kolam renang. Maafkan Non Zee ya, mungkin Non Zee lagi capek mangkanya mood-nya kelihatan buruk siang ini,” urai Bi Rumi.
Alano tersenyum tipis. “Tidak apa-apa, Bi. Terima kasih, ya.” Bi Rumi mengangguk singkat.
Bagian belakang rumah Zefanya ternyata tidak kalah luas dengan Halaman depannya. Di sana ada sebuah taman yang dipenuhi tanaman hias, kolam renang yang lengkap dengan pool lounger serta gazebo, dan juga lapangan basket.
“Mas Alan mau dibuatin minum apa?” tawar Bi Rumi membuyarkan kekaguman Alan.
Alan tersenyum tipis. “Tidak perlu repot-repot, Bi.”
“Tidak repot, Mas. Saya senang kalau ada teman Non Zee datang ke rumah, jadi Non Zee gak akan kesepian. Ya sudah saya buatkan jus sama camilan ya buat kerja kelompoknya biar semangat,” urai Bi Rumi.
“Terima kasih,” balas Alano sopan.
Sembari menunggu Zefanya, Alano menyiapkan beberapa keperluan untuk tugas kelompok mereka. Zefanya datang menenteng MacBook dengan beberapa buku, kemudian dia duduk di hadapan Alano. Bukannya langsung mengerjakan tugas mereka, Zefanya tampak fokus ke ponselnya dan menghiraukan Alano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marakarma
Teen Fiction"𝓙𝓪𝓭𝓲 𝓹𝓮𝓶𝓮𝓷𝓪𝓷𝓰𝓷𝔂𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓪𝓻𝓾 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓶𝓪𝓼𝓪 𝓵𝓪𝓵𝓾?" ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆౨ৎ⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ Terbiasa dengan sepi, bukan berarti menyukai kesendirian. Zefanya Stephanie Amberson, gadis keturunan Indonesia-Denmark yang tinggal...