8. Muak

13 2 0
                                    

Happy Reading, Love.

"Terkadang berbuat tegas untuk membela diri itu perlu dilakulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang berbuat tegas untuk membela diri itu perlu dilakulan."

[ ʚ;ɞ ]

Bulan ini adalah bulan politik untuk SMA Candramawa. Dua minggu lagi mereka akan mengadakan pemilihan ketua OSIS baru, jadi pembelajaran beberapa kali kerap tidak efektif karena adanya kampanye dari calon ketua dan wakil OSIS.

Zefanya sebenarnya malas untuk pergi ke sekolahnya, namun karena Valerie menjadi salah satu kandidat calon wakil ketua OSIS jadi ia memutuskan untuk tetap bersekolah. Jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul delapan pagi, akan tetapi Zefanya masih santai menyantap serealnya.

“Non, ayo cepat habiskan sarapannya. Non Zee sudah terlambat buat berangkat ke sekolah,” peringat Bi Rumi.

“Gak papa, hari ini banyak pelajaran yang free kok,” balas Zefanya santai.

“Non Zee mau diantar Pak Setya atau berangkat sendiri ke sekolahnya?” tanya Bi Rumi sambil menyiapkan perlengkapan sekolah Zefanya.

“Berangkat sendiri aja deh, Bi. I wanna hang out after school later,” balas Zefanya dengan sedikit menimang.

“Jangan pulang malam-malam, jangan lupa makan, dan jangan kecapean ya, Non,” pesan Bi Rumi.

“I'm a grown-up, Bi. Don't worry, I can protect myself,” jawab Zefanya dengan sedikit terkekeh kecil.

Bi Rumi merapikan seragam Zefanya agar tampak lebih rapi, ia tersenyum hangat melihat paras ayu gadis yang sudah ia besarkan itu. “Buat bibi, Non Zee itu tetap putri kecil yang harus bibi rawat dan jaga,” ucap Bi Rumi menoel hidung mancung milik Zefanya.

Sebuah lengkungan terbit di paras ayu milik Zefanya. “Seandainya mami punya banyak waktu buat rawat aku seperti Bi Rumi, I'll be happier for sure,” celetuk Zefanya yang membuat Bi Rumi sedikit tidak enak.

“Merawat Non Zee ‘kan memang pekerjaan bibi sebagai pengasuh, kalau pekerjaan Nyonya memang jadi bos besar di perusahaan buat biayai Non Zee,” kekeh Bi Rumi.

Zefanya hanya tersenyum kecut. “Should I become mami's client? Let me be cared for, have meal together, and always be prioritized.”

Bi Rumi membelai lembut rambut toffee blonde milik Zefanya. “Nyonya pastinya sayang sama Non Zee. Gak semua rasa sayang harus ditunjukkan dengan perhatian.”

“Udah selesai makannya?” sambung Bi Rumi melihat mangkuk sereal Zefanya sudah kosong.

Zefanya mengangguk singkat, ia menerima tas sekolahnya yang diberikan oleh Bi Rumi. Pagi ini Zefanya akan berangkat ke sekolah menggunakan motor listrik miliknya. Meski ia tahu gerbang SMA Candramawa pastinya sudah ditutup, Zefanya tampak santai mengendarai motornya.

MarakarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang