38. "Mami Pilih Siapa?"

10 0 0
                                    

Happy Reading, Love.

"Sebenarnya tidak selayaknya pilihan harus ditanyakan pada suatu hal yang semestinya tidak pantas untuk dijadikan pilihan."

[ ʚ;ɞ ]

Gadis berambut toffe blonde itu tampak terdiam sejenak di dalam mobilnya, perkataan Alano berputar di kepalanya. Ia masih bisa mengingat bagaimana pancaran harap dari iris gelap milik laki-laki itu. Lagi pula siapa yang tidak ingin memiliki keluarga yang utuh dan sempurna?

Tapi rasa takut dalam benak gadis itu masih menguasai. Zefanya takut kehilangan Paramitha, Zefanya takut nantinya ia tidak bisa diterima, Zefanya takut jika nantinya ia akan merasa lebih kesepian lagi.

Helaan nafas panjang yang sedari tadi Zefanya lontarkan tak lantas membuat hatinya tenang. Darmawangsa itu baik, tapi Zefanya tidak suka jika pria itu harus menjadi papa tirinya nanti. Apalagi jika nantinya Alano akan menjadi saudara tirinya, Zefanya tidak bisa membayangkan hal itu.

Seseorang yang selama ini ia hindari harus menjadi bagian dari keluarganya, Zefanya tidak yakin jika mampu menerima laki-laki itu. Lagi pula, kejadian di makan malam ulang tahunnya beberapa waktu lalu membuat Zefanya semakin yakin dengan keputusannya untuk menentang pernikahan Paramitha dan Darmawangsa.

Pusing memikirkan banyak hal yang belum tentu terjadi membuat Zefanya akhirnya memutuskan keluar dari mobilnya dan bergegas memasuki rumah. Ia ingin minum susu stroberi dingin guna merefreshkan otaknya.

Baru satu langkah ia menginjakkan kakinya ke rumah mewah itu, tubuh Zefanya membeku. Ia menatap tak percaya seorang pria dengan wajah yang mirip sepertinya tengah duduk santai di sofa ruang tamu. Seperkian detik berikutnya Zefanya berlari menghampiri pria tersebut yang menghamburkan sebuah pelukan hangat nan erat.

“Papi! Is it really papi?” pekik Zefanya semringah.

Andreas melepaskan sejenak pelukan Zefanya, ia menangkup wajah mungil milik putri semata wayangnya tersebut. “It really is, Sweetheart. Kamu terlihat lebih kurus dibandingkan saat terakhir kali kita bertemu, are you unhappy?”

Zefanya terdiam, ia mati-matian tetap mempertahankan lengkungan sempurna di paras ayunya. “I'm doing well, Pi.”

“Don't lie to me, Zefanya. Papi knew everything. I'm sorry I didn't take care of you. After this, it's better for you to stay with Papu in Denmark. Indonesia has caused you too much pain,” ujar Andreas membelai lembut rambut blonde milik Zefanya.

“Pi … “

“A lot of people hurt you here, right? You're not happy here, are you? You've been lonely, right? Why didn't you tell me from the beginning?” cerca Andreas.

MarakarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang