7. Piket Bersama

11 2 0
                                    

Happy Reading, Love.

"Beberapa cinta kerap kali datang dari rasa benci karena sejatinya cinta dan benci hanya dipisahkan oleh skat tipis yang gampang robek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Beberapa cinta kerap kali datang dari rasa benci karena sejatinya cinta dan benci hanya dipisahkan oleh skat tipis yang gampang robek."

[ ʚ;ɞ ]

Iris coklat itu menatap bingung melihat kedatangan laki-laki berjaket denim yang berada di depan rumahnya. Alano tersenyum singkat saat yang melihat Zefanya berdiri di ambang pintu.

“What the fuck are you doing here?”

“Pagi ini jadwal piket kita, I pick you up so you won't be late,” urai Alano santai.

“No needed, I can go by myself,” tolak Zefanya mentah-mentah.

“I know, but if you go alone, you'll be late. So it's better if you go with me so you won't be late,” balas Alano tak mau kalah.

“Gue gak butuh tumpangan lo. Lagian siapa juga yang mau piket?”

“Gue denger dari Val lo waktu kelas sepuluh gak pernah piket, ‘kan? Tapi mulai sekarang lo wajib ikut piket.”

“Who the fuck are you?” protes Zefanya tak terima.

Alano mengulurkan telapak tangannya yang membuat Zefanya bingung. Lama tidak ada reaksi dari Zefanya untuk menyambut uluran tangannya membuat Alano menarik tangan kanan Zefanya agar bisa ia genggam.

“Zaferino Alano Baheera, ketua seksi kebersihan kelas XI IPA 6. Kalau lo gak nurut sama gue, gue bakal hukum lo karena gak mau piket.” Zefanya menarik paksa tangannya, ia memutar bola matanya jengah.

“Val yang ketua kelas aja gak peduli mau gue piket atau enggak, kenapa lo ribet banget?”

“Karena sekarang gue ketua seksi kebersihannya. Ambil tas dan pakai sepatu lo, kita berangkat sekarang,” titah Alano.

“I don't fucking care, just go by yourself.”

***

Gadis dengan toffee blonde hair itu sedari tadi misuh-misuh sendiri sembari menyapu dengan asal-asalan. Ia mencepol rambutnya asal karena merasa gerah pagi-pagi sudah disuruh menyapu kelas.

“Lo bisa menyapu gak sih, Zee! Yang benar dong menyapunya, itu masih kotor,” protes Alano menunjuk kolong meja yang masih terlihat berdebu.

“Memang gak bisa!” kesal Zefanya.

Alano mengambil alih sapu di tangan Zefanya, kemudian dia memberikan contoh bagaimana cara menyapu yang benar. Saat Alano kembali menyuruh Zefanya menyapu, gadis itu tetap saja melakukan hal yang sama dan tidak mencontoh bagaimana cara Alano tadi menyapu.

MarakarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang