25. Peringkat Dua

13 2 0
                                    

Happy Reading, Love.

"Kegagalan bukan berarti akhir dari kehidupan karena masih ada banyak kesempatan yang harus dicoba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kegagalan bukan berarti akhir dari kehidupan karena masih ada banyak kesempatan yang harus dicoba."

[ ʚ;ɞ ]

Suara lonceng berdentang, memecah keheningan di koridor SMA Candramawa. Seperti gerbong kereta yang terlepas dari rel, para murid berhamburan menuju papan pengumuman di aula sekolah. Mereka terlihat gelisah, penuh harap, dan juga cemas akan apa yang akan tertera di sana.

Langkah-langkah mereka menggema di lorong sekolah, mencerminkan getaran kegembiraan dan kekhawatiran yang terasa begitu nyata. Beberapa berbisik, saling menguatkan, sementara yang lain terdiam dalam ketegangan yang menggantung di udara.

Dengan napas tertahan, mereka berjejer di depan papan pengumuman, menunggu dengan ketegangan yang sulit dijelaskan. Ketika papan itu mulai terkuak, riuh rendah suara mereka seketika menjadi bisikan, seperti ombak yang tenang sebelum badai.

Tiba-tiba, sebuah gelombang reaksi melanda. Ada sorakan kecil dari beberapa sudut, sedangkan dari sudut lain, ekspresi kekecewaan tampak jelas. Mata mereka melahap setiap huruf yang tertera di papan pengumuman, menyerap kabar tentang peringkat mereka. Ada yang tersenyum, ada yang menangis, dan ada yang hanya terdiam dalam kebingungan.

Gadis berambut sebahu itu baru saja datang, hampir seluruh pandangan tertuju padanya. Beberapa mulai menyingkir saat sepasang kaki itu melangkah. Iris coklatnya membeku, melihat namanya yang berada di barisan kedua. Untuk pertama kalinya, rasa gagal menjalar di tubuh Zefanya.

Di kertas putih pojok kanan itu yang berisi tiga puluh nama teratas, untuk pertama kalinya nama Zefanya Stephanie Amberson berada di nomor urut dua. Di atasnya, Kiara Tara Anugraha dengan rata-rata nilai 97,5 berhasil menjadi urutan pertama dengan selisih 0,5 saja dari nilai rata-rata milik Zefanya, 97.

“Je, you did your best.” Suara bariton memecahkan lamunan Zefanya, ia menatap laki-laki berkulit sawo matang tersebut lantas meninggalkannya tanpa sepatah kata apa pun.

“Je, sorry,” cicit Kiara merasa tidak enak.

Zefanya menghela nafas pelan, senyum kecil terbit di paras ayunya. Ia menepuk bahu kiri Kiara pelan. “You don't need to apologize. Selamat buat lo yang sudah berhasil menjadi peringkat pertama, that’s so sick!”

“Je, gue ngerasa gak en-,”

“Take it easy, Ki. Lagian dengan ini semua orang bisa tahu kalau selama ini gue memang berusaha. Gue berada di nomor urut pertama bukan karena gue anak donatur sekolah, but it was because of my own efforts,” sela Zefanya dengan senyum hangat.

MarakarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang