"Ice, gua mau bicara sesuatu sama lu."
Ice menoleh, dan menatap mata Blaze dengan serius. "Ada apa? Bilang aja sih." ujar Ice berupaya mendengarkan Blaze sepenuh hati. Ice mendekat kepada Blaze, untuk menyimak pembicaraan lebih jelas.
Blaze menghela nafas dalam-dalam. "Jadi gini, Ice. Tujuan utama pernikahan ini adalah menghindarkan elu dari si Jessica ini. Akhirnya gua paham juga siapa target yang lu maksud dengan sendirinya. Nah, pada hari itu, Jessica udah meninggal dunia karena keselek cilok. Yah, mati konyol. Itu artinya misi kita sudah selesai, karena udah nggak ada lagi mahasiswi yang ngejar-ngejar elu sampe berlebihan kayak Jessica. Jadi, gimana?" Blaze bertanya dengan serius dan panjang lebar.
"Gimana? Maksudnya apa?" Ice balik bertanya, masih belum paham dengan maksud Blaze. "Kelanjutan dari semua ini? Pernikahan kita ini mau diapain, 'kan misi kita udah selesai?" lirih Blaze ragu-ragu, ia sangat deg-degan dengan jawaban Ice.
"Duh, gimana ya? Apa dia nanya gini karena nggak nyaman sama gua? Kasian dia kalo gua nggak bisa jadi suami yang baik buat dia. Tapi sejujurnya gua juga nggak mau rumah tangga ini secepat itu berakhir. Gua suka omelannya setiap kali gua jail. Gua suka segala tingkah absurdnya yang bikin gua geleng-geleng kepala. Gua suka pikiran randomnya yang selalu berhasil bikin gua ketawa-ketawa. Terlalu sayang kalo semuanya berakhir disini..."
"Tapi, pertanyaannya adalah, apakah gua cinta sama dia? Apakah gua bisa jadi suami yang baik buat dia kalo rumah tangga ini terus berlanjut? Dan apakah dia betah jadi bini gua, seorang laki-laki yang nggak terlalu peka dengan wanita dan tak berpengalaman soal cinta ini? Gua khawatir kalo berlanjut, ada salah satu yang nggak nyaman. Tapi gua juga khawatir kalo berakhir, ujung-ujungnya ya tetep balikan lagi karena terlanjur cinta. Keputusan mana yang harus gua pilih?" Ice agak pesimis dengan dirinya, apalagi Blaze bukan tipe wanita yang dengan mudah menerima cinta seorang pria, Ice tahu itu karena banyaknya cowok-cowok patah hati karena ditolak Blaze. Biarpun tomboy, pesona Blaze emang nggak ada lawan!
"Terserah kamu aja mau lanjut apa sampai disini aja, saya sih nyaman-nyaman aja. Tapi saya juga harus mentingin perasaan kamu." tutur Ice, memainkan rambut indah Blaze.
Blaze makin kebingungan. "Jadi, kamu nikah sama aku karena cinta atau cuma manas-manasin Jessica sih? Kalo cuma itu tujuanmu, ngehindar dari Jessica, seharusnya kamu nggak akan nyaman karena kamu hanya fokus untuk membuat Jessica cemburu aja." ujarnya.
"Iya ya? Dan kenapa harus kamu yang aku pilih, padahal setiap hari kita berantem di kampus hanya karena hal sepele? Misalnya kamu yang makan saat kelas berlangsung. Apa ini pertanda..." Ice menjeda sejenak ucapannya, bingung apa yang harus ia katakan selanjutnya.
"... Apa ini yang dinamakan, benci yang menjadi cinta?" batin Ice. "Bener juga, kenapa harus gua? Padahal banyak mahasiswi lain yang lebih menarik untuk jadi bini kontraknya Ice. Apa emang udah takdirnya ya?" Blaze ikut bertanya-tanya dalam hati.
Tanpa disengaja, speaker milik Blaze membawakan lagu Sempurna, lagu yang sama di hari pernikahan mereka. Kenangan di hari pernikahan itu kembali terputar dalam otak mereka, membuat mereka saling bertatapan dengan penuh kelembutan.
Ice tersenyum pada Blaze, begitupun sebaliknya. Sebuah senyuman yang sama-sama tulus dan indah, yang tak pernah mereka tunjukkan pada orang lain. Bukan hanya sebatas lengkungan bibir yang membentuk senyuman, namun senyuman penuh ketulusan dan cinta.
Kau adalah darah ku
Kau adalah jantung ku
Kau adalah hidup ku, lengkapi diri ku
Oh sayangku kau begitu
Sempurna, sempurna"... Blaze. Gua baru sadar sesuatu, yang sebelumnya belum pernah kita sadari dalam hubungan ini." Ice masih tetap tersenyum penuh makna pada Blaze. "Apa itu?" Blaze jadi bertanya-tanya, sambil terus menatap Ice dengan tatapan memuja.
"Lu pelengkap gua. Tanpa kita sadari, hidup gua itu sebenernya terlalu membosankan. Sikap gua yang dingin ke semua orang, dan hati yang belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Di saat Bang Solar memacari banyak cewek sekaligus, dan Bang Hali yang mengikat janji dengan almarhumah istrinya yang dulu untuk saling mencintai dengan tulus, gua cuma sibuk dengan diri sendiri tanpa berharap adanya cewek yang datang ke hidup gua."
"Lu itu unik. Di saat semua cewek yang terpesona sama gua, berlomba-lomba untuk ngedapetin gua dengan berbagai cara, cuma lu yang bersikap masa bodoh dengan daya tarik yang gua punya. Pikiran lu yang random, tingkah lu yang absurd, dan wajah lu yang cantik tapi ada judes-judesnya dikit, bikin gua terpaku, dan ngejadiin lu sebagai wanita yang tepat untuk jadi milik gua."
Blaze memejamkan kedua matanya, pipinya merona merah karena kata-kata manis Ice barusan. Mau bilang bohong, tapi Ice jarang sekali bicara, apalagi kalau kata-katanya seindah ini. Tapi nyatanya, ucapan itu ditujukan untuknya seorang.
Janganlah kau tinggalkan diri ku
Tak 'kan mampu menghadapi semua
Hanya bersama mu ku akan bisaIce mendekap erat tubuh Blaze. "Nggak cuma itu, yang paling bikin gua terkesan, lu bikin gua merasa dihargai, meskipun hanya dengan apresiasi kecil ke kerja keras gua. Dan hal itu belum pernah gua dapet dari orang lain, sekalipun itu orangtua gua. Sejauh ini, cuma lu yang bersikap kayak gitu ke gua."
Blaze balas memeluk Ice dengan hangat. "Lu juga selalu ngasih perhatian kecil, yang bikin gua ngerasa dianggap ada. Lu nggak pernah banding-bandingin gua sama cewek lain yang lebih segala-galanya dari gua, padahal orangtua gua suka ngebandingin gua sama kembaran gua."
Kau adalah darah ku
Kau adalah jantung ku
Kau adalah hidup ku, lengkapi diri ku
Oh sayangku kau begitu
Sayangku kau begitu"Lanjut aja, ya? Gua nggak mau ceraiin wanita sesempurna lu." Ice tersenyum sumringah. "Gua juga nggak mau ninggalin lu." balas Blaze tak kalah romantis.
Malam itu mengubah pandangan Ice dan Blaze terhadap cinta. Cinta itu sebenarnya ada, jika kita sudah menemukan orang yang tepat untuk mencintai kita. Tak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu mereka diciptakan untuk saling melengkapi kekurangan.
... Salah satunya, Ice dan Blaze.
Bersambung.....
.
.
.
.
.Saya jadi nyamuk :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Diseruduk: BLICE [✓]
Fanfic[COMPLETED] Blaze Nur Lela, seorang mahasiswi yang iseng mengerjai sapi di pinggir jalan. Tau-tau nabrak kandang ayam dan jatoh bareng dosen tergalaknya di kampus. So sweet, 'kan? Setiap hari berantem mulu kayak kucing sama tikus. Tapi ujung-ujungny...