"Makasih ya Sayang, udah ajarin aku materi-materi yang aku nggak ngerti di apartemen... Jadinya IPK aku 3,80. Magna Cumlaude." kata Blaze dengan mata yang berbinar indah.
"Hahaha, kamunya juga serius belajar kok. Aku tau kamu tuh pinter, tapi ekonomi yang nggak mendukung kamu untuk langsung kuliah setelah lulus SMA, jadinya kamu kerja dulu demi menghidupi keluarga kamu dan menabung biaya kuliah. Kamu hebat, Blaze!" puji Ice dengan tulus. Dari sekian banyaknya wanita yang pernah Ice temui, Blaze adalah salah satu dari dua wanita terhebat dalam hidupnya: Desi dan Blaze.
Mata Blaze berkaca-kaca. "Ice, makasih. Kamu lebih hebat, karena selalu sabar ngadepin temperamennya aku." Blaze mendekap erat tubuh Ice, dan menangis terharu di pundak Ice.
"Masalah nggak akan selesai kalau kita sama-sama memakai ego. Jadi harus ada salah satu yang berkepala dingin, supaya masalahnya nggak makin runyam. Apalagi aku laki-laki, disini peranku sebagai suami, nggak seharusnya aku nyakitin perempuan. Laki-laki yang nyakitin perempuan itu pecundang." tutur Ice, balas memeluk Blaze dengan hangat.
"Cieeee, yang udah mulai bucin sama istri. Padahal dulunya pesimis karena nggak pekaan banget jadi cowok." ledek Solar. "Bener banget tuh. Katanya nikah cuma kontrak doang, tapi sampe hamil segala. Ekhem." Hali makin nambah-nambahin. Mereka itu Abang yang perhatian, tapi agak resek dikit.
"DIEM GAK LO PADA!" Ice membuang muka dari Solar dan Hali, karena pipinya merona merah saat ini. Solar dan Hali langsung cekikikan ngeliat Ice yang jadi salah tingkah.
"Kang, udah atuh. Kasian Ice kalo diisengin terus. Pipinya teh merah!" ceplos Thorn yang bikin Solar makin ngakak. "Mak, Bapak kenapa sih?" tanya Fumio dengan polos. "Iya tuh, kasian Oom Ice kalo Bapak ketawain mulu." Fumi, anak kedua Solar dan Thorn, ikutan menimpali. Taufan beserta ketiga bontotnya? Jangan ditanya, mereka lagi jalan-jalan keliling kampus, gak emaknya gak anak-anaknya pada belanja ini-itu. Emaknya berburu daster, anak-anaknya berburu jajan, awoakowkaowk.
Mata Blaze mengarah kemana-mana. Bawaannya kepengen beli jajan ini-itu kayak anak kecil. Hingga tatapan mata itu sampai ke gerobak bakso dengan berbagai level kepedasannya, disana ada Bella dan kedua orangtuanya. Wiwin menyuapi Bella dengan sangat telaten.
Untuk kali ini, air mata Blaze terjatuh lagi. Kalau yang sebelumnya adalah air mata kebahagiaan karena lulus dengan IPK tinggi, kini air mata kesedihan karena merasa iri dengan perlakuan orangtuanya yang lebih memanjakan Bella.
"Bell... Gua minta maaf... Apakah sesalah itu gua di mata Enyak, sampai-sampai gua selalu dipaksa jadi tulang punggung keluarga? Nggak boleh ya kalo gua pengen disayang juga kayak elu?" Blaze merenung di dalam hatinya.
"Sayang..." Blaze menepuk pundak Ice dengan nada yang sengaja dibuat menyerupai anak kecil. "Iya? Kenapa?" jawab Ice, menoleh ke arah Blaze. "Lho, kamu nangis? Cup cup cup... Maaf ya Sayang... Kamu mau apa?" tutur Ice lembut sambil mengusap-usap kepala Blaze.
"Aku mau bakso mercon... Aku udah lama nggak makan itu..." pinta Blaze dengan manja. Seketika mata Ice membelalak, dia takut Blaze ngambek kalo nggak diturutin permintaannya, apalagi Blaze lagi hamil. Tapi, kalo diturutin, takutnya si Dede bayi kenapa-napa. 'Kan, Ice jadi bingung sendiri.
"Sayang... Kayaknya mending aku punya anak ileran deh daripada kamu harus makan makanan yang membahayakan kandungan kamu..." lirih Ice, takut Blaze tak setuju. Benar saja, wajah Blaze yang tadinya berseri-seri, langsung murung mendengar ucapan Ice.
"Aku mau disuapi sama kamu Sayang..." rayu Blaze semakin manja. "Ya udah, kita makan mie ayam aja ya? Atau nasi goreng. Jangan yang pedes-pedes, kasian bayinya..." Ice berusaha membujuk Blaze agar tidak terhasut oleh godaan syaiton untuk memakan bakso mercon yang cabenya menyala abangkuh itu.
"Tapi aku sukanya bakso mercon... Aku maunya itu ya itu! Pokoknya kalo nggak diturutin, aku ngambek 3 hari lho!" ancam Blaze, duh emang Blaze kalo nggak diturutin begini sukanya ngancem-ngancem, entahlah Ice biasa nurut karena emang suka ngalah apa takut diapa-apain :v
"Ya udah deh... Tapi inget, jangan diulangi ya! Setelah makan bakso mercon, kita langsung ke dokter kandungan. Ngerti?" ucap Ice yang mengalah, demi selamat dari amukan Blaze. Keinget waktu itu pas diseruduk sapi aja Blaze nyalahin sapinya, padahal dia yang jail duluan, awokaowkwowk.
"Iya Sayang... Bayinya nggak bakal kenapa-napa kok..." kekeh Blaze kegirangan karena Ice menuruti permintaannya. "Ya udah, ayo kita kesana... Kamu mau disuapin juga 'kan?" tanya Ice memastikan.
Blaze mengangguk senang. Mereka berdua pun saling suap bakso mercon dengan mesra dan sesekali sambil bercanda. Bella hanya menatap kasihan pada Blaze, karena ia tau Blaze pasti iri dengannya yang selalu mendapat perhatian lebih dari Mamat dan Wiwin.
"Maafin aye, Blaze. Aye nggak bermaksud ngerebut Babeh sama Enyak dari elu, tapi gua bersyukur lu dapet perhatian lebih juga dari laki elu."
Bersambung.....
.
.
.
.
.Nulis di sekolah, aowkaowkwok
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Diseruduk: BLICE [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Blaze Nur Lela, seorang mahasiswi yang iseng mengerjai sapi di pinggir jalan. Tau-tau nabrak kandang ayam dan jatoh bareng dosen tergalaknya di kampus. So sweet, 'kan? Setiap hari berantem mulu kayak kucing sama tikus. Tapi ujung-ujungny...