8. Perlahan-Lahan Menjadi Asing (2)
"Apa kau mengingat Julian, Theo?"
Ferdinand kembali buka suara. Kali ini bertanya pada putra bungsunya yang sebenarnya sudah sedari awal berdiri di antara mereka—dia datang bersama Edith.
"Mana mungkin. Terakhir kali melihatnya saja, Theo baru belajar berjalan. Dia masih bayi saat itu, Ayah."
Alih-alih orang yang ditanya yang menjawab, justru Edithlah yang menyahut.
Kalau bukan karena dialog singkat antara ayah dan anak tersebut, Julian tidak akan menyadari kehadiran anak laki-laki selaku subjek yang dimaksud. Sedari awal atensinya hanya terpusat pada eksistensi Edith saja.
Karena sudah menyadari keberadaan Theodore, Julian pun akhirnya mengubah atensi dan menatap anak laki-laki itu. Ia memerhatikannya lamat-lamat.
Theodore yang mendapat perhatian lebih dari Julian justru beringsut. Sembari menunduk dengan kikuk, ia memegangi gaun kakak perempuannya dan menyembunyikan sebagian dirinya di balik punggung sang kakak.
Melihat hal itu tanpa sadar Julian jadi tersenyum tipis. Rasanya seperti deja vu.
Melihat tingkah Theodore yang canggung dan malu-malu mengingatkannya pada dirinya sendiri di masa lalu, ketika ia pertama kali datang ke manor Roderick. Sama seperti Theodore yang tidak berani menatap matanya, dulu dirinya juga tidak berani menatap mata Edith, padahal Edith lima tahun lebih muda darinya.
"Kau sudah besar ya, Theodore. Berapa umurmu sekarang? Sembilan?"
Julian berinisiatif membuka obrolan, namun Theodore hanya mengangguk kecil tanpa menyahut sebagai tanggapan.
Karena inisiatifnya tidak berhasil mendapat respons seperti yang ia bayangkan, Julian yang pada dasarnya bukan orang yang pandai bicara jadi bingung harus memulai percakapan kembali dari mana.
Ia menelan saliva. Pada akhirnya, dengan kikuk, Julian kembali diam.
"Oh iya, ada dimana ibumu?"
Beberapa detik berselang, Ferdinand menyeletuk, memecah kembali hening.
"Ada di kamar," jawab Edith.
"Selama Ayah pergi, ibumu selalu minum obat secara teratur kan?"
"Iya. Aku selalu mengingatkannya."
"Baguslah."
Julian mengernyit tipis. '... Bibi Isabelle sakit?'
"Ajaklah Julian minum teh. Ayah akan menemui ibumu," ujar Ferdinand separuh berbisik.
Edith mengangguk. "Baiklah."
Setelah menerima respons positif dari putrinya, Ferdinand kembali berujar namun pada lawan bicara yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Get Divorce!
Historical FictionKetika keinginannya untuk bisa mengulang waktu terwujud, Edith segera berusaha memperbaiki hubungannya dengan suaminya, Julian. Ia berjanji tidak akan lagi berteriak, memaki, ataupun melemparkan surat perceraian pada sang suami, juga akan memaklumi...