XII

3.2K 274 5
                                    

12. Pengabulan Doa, Atau ... Pemberian Rintangan? (1)

Bunga-bunga yang bermekaran di puncak musim semi tidak berhasil membuat Edith berseri-seri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunga-bunga yang bermekaran di puncak musim semi tidak berhasil membuat Edith berseri-seri. Tidak seperti kuncup-kuncup bunga yang merekah indah, bibirnya mengerucut. Di tengah musim semi yang identik dengan ceria, Edith justru murung.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tapi ia tidak bisa berbahagia dengan lepas.

Bagaimana tidak? Baru pagi tadi ia merayakan pesta ulang tahun sederhana bersama keluarganya. Baru tadi pagi ia meniup dua buah lilin berbentuk angka satu dan lima. Baru pagi tadi ia memotong kue dan membuka hadiah.

Namun, pada siang harinya, ia harus melihat ayah dan ibunya berpamitan padanya.

"Jangan pergi terlalu lama, Ibu. Kembalilah segera, kumohon. Ya?" pinta Edith sembari memeluk erat tubuh Isabelle.

"Memintalah pada Tuhan agar semuanya dipermudah dan berjalan lancar, Sayang. Sehingga Ibu dan Ayah bisa segera pulang."

Kata-kata itu membuat Edith melepas pelukannya dari tubuh Isabelle. Ia kemudian menautkan kedua tangan dan memejamkan mata, lalu mulai merapalkan doa.

"Ya Tuhan, tolong beri kuasamu agar Nona Saintess yang akan Ibu temui nanti bisa mengangkat seluruh penyakit Ibu. Tolong bantu agar Ibu kembali pulih seperti semula. Agar Ibu bisa segera pulang. Amen."

"... Amen."

Theodore yang semula tidak mengatakan apa-apa sama sekali pada akhirnya ikut mengamini doa kakaknya tanpa melepas rengkuhannya dari pinggang sang ibu—hanya bergumam dengan suara pelan.

Isabelle terenyuh. Ia tersenyum ketika hatinya menghangat karena putra-putrinya bertingkah manis untuknya. Ia pun kemudian kembali memeluk Edith dan Theodore erat-erat sembari berkata,

"Amen."

Di saat yang sama, tak jauh dari mereka bertiga, Julian dan Ferdinand berdiri berhadapan. Mereka mengobrol—ah tidak. Julian mendengarkan setiap pesan yang Tuan Count berikan untuknya dengan saksama.

"Aku titip Edith dan Theo ya, Julian. Karena di antara kalian bertiga hanya kau yang sudah dewasa, tolong jaga dan lindungi mereka sebagai kakak, setidaknya sampai aku kembali. Ini tidak akan lama."

Julian mengangguk kukuh. "Baik, Paman."

Tanggapan positif itu membuat Ferdinand tersenyum tipis lalu menepuk pelan bahu Julian beberapa kali.

Kemudian, Ferdinand dan Isabelle beranjak untuk menaiki kereta kuda.

Meski hati mereka sama-sama terasa berat, keduanya sepakat untuk tidak mengulur waktu lagi sebab semakin cepat mereka berangkat, maka semakin cepat pula mereka akan kembali.

Begitu pikir Tuan Count dan Nyonya Countess of Roderick.

"Ayah, Ibu! Cepatlah kembali!" Edith berseru sembari melambaikan tangan pada kereta kuda yang mulai bergerak.

Won't Get Divorce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang