XXV

1.8K 205 14
                                    

Setibanya Edith di depan ruang kerja Julian, ia langsung membuka pintunya dan masuk tanpa permisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setibanya Edith di depan ruang kerja Julian, ia langsung membuka pintunya dan masuk tanpa permisi.

"Julian, aku—"

Namun, tepat sedetik setelahnya, ia mendadak mematung—dua langkah dari ambang pintu—dengan sebelah tangan masih memegangi gagang pintu.

Ketika ia melihat Julian tersentak kecil di kursinya karena dirinya yang masuk tiba-tiba, barulah Edith tersadar.

"... Ah, maaf." Ujarnya pelan.

Edith terbiasa masuk ke ruangan tersebut tanpa meminta izin dari penghuninya sehingga terkadang ia lupa pada tata krama yang seharusnya ia lakukan.

Seharusnya ia selalu ingat, sejak mereka menikah, sejak Julian mengisi posisi sebagai kepala rumah tangga, ruangan tersebut secara sah telah menjadi milik Julian. Karena itu, sebelum masuk, ia memerlukan izin darinya.

Sembari meringis dan tersenyum kikuk, kaki Edith mengambil langkah mundur. Tangannya melepas gagang pintu sebelum akhirnya mengetuk sebanyak dua kali kemudian berujar dengan canggung.

"... Boleh aku masuk?"

Julian membalas dengan mengangguk kukuh. Karena mendapatkan persetujuan, Edith pun melanjutkan langkahnya sambil berterima kasih.

"Apa kau sibuk?" tanya wanita itu.

Julian menggeleng. "Ada apa?"

"Soal pesta perayaan hari pendirian negara minggu depan ... Apa kau akan datang?"

"Karena sudah menerima undangan, tentu aku akan datang."

Edith mendengus kecewa. "Lalu aku harus bagaimana dong?"

"... E-eh?!"

Mata Julian mendadak terbelalak ketika melihat Edith menggerutu dengan tubuh yang meluruh, merosot hingga berakhir terduduk lemas di atas lantai.

Edith yang tampak mencebik bibir dan merengut berhasil menarik seluruh atensi Julian sehingga ia yang agak panik jadi terburu-buru menghampirinya.

Julian berlutut di hadapan istrinya, menyejajarkan tinggi dan pandangan mereka. Ia yang khawatir memegang kedua lengan Edith kemudian bertanya.

"Ada apa? Kau kenapa?"

"Aku tidak mau pergi ke sana. Tapi, kau kan tahu aku tidak mungkin tidak datang karena ini undangan dari istana. Salah-salah mengambil keputusan, nyawaku yang jadi taruhannya. Jika aku menolak, aku bisa dihukum atas tuduhan melanggar perintah Raja. Tapi, kalau aku datang, aku pasti akan bertemu Pangeran Louis. Aku tidak mau itu, Julian."

Julian menghela napas lembut. Sejujurnya, ia merasa sedikit lega sebab rupanya permasalahan yang Edith hadapi tidak semenyeramkan yang dirinya duga. Melihat reaksi Edith sebelumnya, yang tubuhnya hingga merosot, ia pikir akan ada bahaya apa.

Bukannya Julian menyepelekan kecemasan Edith. Tapi, jika hanya ini yang menjadi kegelisahan wanita itu, Julian merasa bisa mengatasinya.

"Jika kau tidak mau, kau boleh tidak datang. Nanti aku yang akan mencarikan alasannya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Aku yang akan datang sebagai perwakilan keluarga. Meskipun hanya sendiri, aku yakin pihak istana tidak akan mempermasalahkan itu."

Won't Get Divorce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang