15. Bisakah Kau Memakan Ceri?
Edith duduk di depan meja rias, memandangi pantulan dirinya di cermin. Ia menatap lekat-lekat wajahnya yang bengkak dengan mata yang agak memerah sekaligus sembab, meratapinya dengan saksama dan rasa tak puas.
Edith menghela napas panjang lalu berujar, "Kenapa wajahku kacau seperti ini ya?"
"Karena kau tidak berhenti menangis kemarin, bahkan di dalam tidurmu."
Mendengar suara yang tidak asing menyahuti, Edith pun segera menoleh. Dan, tebakannya benar. Itu Julian, yang entah muncul sejak kapan. Pria itu memasuki kamar Edith dan berjalan menghampirinya.
Edith mengernyit. "Aku? Menangis saat tidur?"
Julian mengangguk kukuh. "Kemarin kau demam tinggi dan terus menangis. Lalu tertidur seharian, dari sebelum sore. Itulah mengapa wajahmu jadi seperti itu."
Edith hanya diam tanpa menampik pandangan dari Julian dengan memasang raut wajah polos. Reaksi tersebut membuat Julian jadi menebak.
"Apa kau ... tidak mengingatnya?"
Edith menggeleng kecil dengan wajah yang tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan ekspresi.
"Memang apa yang terjadi kemarin?" tanya Edith penasaran.
"... Kemarin?" Julian mengulangi.
"Ya, kemarin."
"Eum, aku tidak terlalu tahu detailnya seperti apa, hanya tahu sekilas dari pelayanmu, Maria. Dia bilang, kau tidur setelah minum ramuan herbal untuk mengatasi masalah pencernaan. Lalu, setelah beberapa waktu, tiba-tiba kau menangis di dalam tidurmu sembari meracau dan demam tinggi. Tidak lama setelah aku datang, tabib juga datang. Lalu aku segera ..."
Julian memutus kalimatnya sendiri ketika dirinya kembali teringat pada adegan di mana bibirnya dan milik Edith menempel satu sama lain. Bukan hanya kala ia 'membantu' Edith meminum obat, tetapi juga ketika Edith mencium bibirnya kemudian.
Ciuman Edith saat itu ...
Meski terjadi dalam waktu yang sangat singkat, namun efeknya pada Julian tidaklah sesingkat peristiwanya. Ia terus memikirkannya sepanjang waktu, padahal itu hanya cium—ah, bukan. Itu bahkan hanya sekadar kecupan ringan.
"Kau segera ..? Segera apa?"
Keterdiaman Julian yang berlangsung cukup lama membuat Edith yang terlanjur penasaran akhirnya menyuarakan rasa ingin tahunya.
Julian yang mendengarnya mendadak tersentak, terbangun dari lamunan.
"O-oh? Tidak." Julian menggeleng cepat dengan kaku. "Hanya ... membantumu minum obat," imbuhnya, setengah gugup.
Walau Julian sudah berusaha mengontrol ekspresinya agar tetap terlihat normal, Edith tetap saja melayangkan tatapan curiga kepadanya. Terlihat dengan sangat jelas jika Edith tidak percaya dan berhasil mencium aroma suatu kejanggalan yang berusaha Julian tutup-tutupi darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Get Divorce!
Historical FictionKetika keinginannya untuk bisa mengulang waktu terwujud, Edith segera berusaha memperbaiki hubungannya dengan suaminya, Julian. Ia berjanji tidak akan lagi berteriak, memaki, ataupun melemparkan surat perceraian pada sang suami, juga akan memaklumi...