XXVII

2.1K 200 8
                                    

Julian menyadari adanya perubahan pada raut wajah dan suasana hati Edith

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julian menyadari adanya perubahan pada raut wajah dan suasana hati Edith. Melihatnya membeku di tempat membuat pria itu bergegas buka suara.

"Izinkan kami pamit undur diri, Yang Mulia."

"Kenapa kau buru-buru sekali ingin membawanya pergi?" sahut Vlad dingin.

"Masih ada banyak orang yang mengantre untuk menyapa anda sekalian, Yang Mulia. Saya tidak ingin saya dan istri saya menjadi penghalang dan mengambil terlalu banyak waktu orang-orang penting."

Vlad akui, Julian memang pandai bersilat lidah—itulah kemampuan krusial sebagai seorang bangsawan, terlebih kepala keluarga. Namun, Vlad masih enggan mengakui status Julian sebagai bagian dari Roderick. Itu sebabnya ia masih memandang Julian dengan separuh minat.

Melihat antrean bangsawan di balik punggung pasangan Roderick itu membuat Vlad mendengus seraya mendelik mata.

"Pergilah," ujarnya ketus.

"Terima kasih, Yang Mulia. Kalau begitu, kami permisi," ujar Julian sigap sembari membungkuk.

"Ya, terserah lah."

Vlad menopang dagu dan membuang pandangannya ke sembarang sembari mengibaskan tangannya dengan asal—memberi isyarat pengusiran.

Tanpa mengulur waktu, Julian segera mendekap tubuh Edith dan memapahnya—yang masih membatu—agar mereka bisa sama-sama beranjak.

Walaupun keduanya sudah berjalan beberapa langkah, mata Edith masih tetap saja terpaku pada sosok sang Ratu meski ia harus memutar kepala. Ia terlalu tercengang.

"Hei, sudah. Tidak perlu dipikirkan."

Julian terlalu peka sehingga mudah baginya untuk menyadari kegelisahan Edith. Ia juga bisa menangkap makna dari kata-kata Eugenia dengan penafsiran yang persis sama seperti apa yang istrinya tangkap.

Suara Julian membuat Edith akhirnya menoleh. Ia memutar kepalanya dan berbalik menatap pria yang masih setia mendekap dan memapahnya berjalan—mata wanita itu masih menyorot gusar.

"... Aku harus bagaimana?" ujarnya cemas.

"Tidak perlu melakukan apa pun, tidak apa-apa," sahut Julian, berusaha menenangkan.

"Tapi, Yang Mulia Ratu—"

"Kau tampak sangat cantik malam ini, Edith, seperti seorang bidadari."

Kalimat Edith diputus oleh suara seorang pria yang tengah berjalan menghampiri mereka—ah ralat, menghampiri Edith.

Suara familier yang baru saja masuk ke rongga telinganya membuat Edith sontak menghela napas berat, ia benar-benar merasa jengah.

Ada apa dengan hari ini? Kenapa Edith merasa sial sekali?

Kehadiran Louis yang menghalangi jalan membuat Julian dan Edith mau tidak mau menghentikan langkah mereka.

Julian menatap lurus pria di hadapannya dengan mata menyorot dingin sedangkan Edith hanya mendelik, sengaja menghindari kemungkinan bersitatap. Namun, atensi Edith seketika diambil alih secara paksa kala sebelah tangannya diraih.

Won't Get Divorce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang