Malam

2.1K 100 0
                                        

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKTUH.

BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT DAN BAHAGIA.

HAPPY READING 📚.
SALAM SAYANG DARI AKU💙.

***

Di teras rumah, tiga laki-laki dengan berbeda generasi terlihat sedang membicarakan hal yang serius. Ketiganya duduk di kursi dengan meja yang melingkar.

"Kamu yakin?" tanya Faizal, Alif terlihat mengangguk yakin.

"95 persen, yakin."

"Lima persennya?"

"Itu ataz izin Allah."

"Bismillah saja dulu, kalau berhasil ya alhamdulillah, kalau tidak berarti emang sudah takdir-Nya," jelas Fausan yang dibalas anggukan oleh dua pemuda tersebut.

"Alif!" panggil Azila, membuat yang merasa namanya dipanggil menoleh ke arah pintu.

"Sini lo, katanya mau bicara sama gue," ucap Azila tidak ada sopan-sopannya, Alif mengangguk lalu meminta izin kepada Fausan dan Faizal, dan segera berjalan kearah pintu utama, tempat di mana Azila berdiri menunggunya.

"Buruan deh, cerita sama gue. Lo kenal gue 'kan? Gue bukan adek lo."

"Gue males bahas itu, lo mau tahu keadaan emak lo itu atau nggak nih? Kalau nggak gue mau balik, entar malam gue jaga," ucap Alif malas, sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Eh, oke-oke. Jadi Bunda gue aman 'kan?"

"Aman, sementara lo jangan ke rumah lo dulu karena disana juga nggak ada orang, kalau lo ke sana dalam waktu dekat ini itu bisa bahanya, lo bisa disangkut pautkan sama kasus wanita itu. Soalnya yang satu ini korbannya bukan orang sembarangan," jelas Alif, Azila mendengarnya dengan serius.

"Rumah gue kosong? Terus bunda kemana?"

"Kabur lah, akan terlihat lucu kalau dia tetap stay di rumah, orang rumah lo udah dijaga ketat sama suruhan korban emak lo."

"Jadi gimana dong sekarang? Gue harus apa?" tanya Azila gusar.

"Ya nggak gimana-gimana, jalani dulu hari-hari lo sebagai pengantin baru, nikmati dulu. Nanti gue bakal bantu, tapi nggak dalam waktu dekat, bisa beresiko buat pekerjaan gue."

"Dan satu lagi, jangan hubungi siapapun dulu yang menyangkut emak lo itu, bahaya."

Azila mengangguk, sekaligus terharu dengan ucapan Alif.

"Makasi banyak, cuman lo yang ngertiin gue."

***

Malam harinya, suasana rumah yang hanya diisi oleh dua orang berbeda gender, terasa sepi, sunyi, layaknya tak berpenghuni.

Azila yang berbaring dengan santai di sofa ruang tamu sibuk dengan ponselnya yang tadi pagi diberikan oleh Arkan, sedangkan Faizal berada di kamar, entah apa yang Dia lakukan.

Lama Azila tenggelam dengan kesibukannya bermain sosial media, sejak Handphone tersebut berada ditangannya Azila langsung mendownload semua aplikasi yang sekiranya bisa menemani keheningan hidupnya mulai sekarang. Namun, karena Aziza tidak mengingat sandi akun-akun media sosialnya, alhasil Dia harus memulai semuanya dari awal termasuk whatsapp, hanya berisi nomor mertuanya, orangtuanya, Alif, dan tentu beberapa menit yang lalu Faizal.

"Azila, sholat isya dulu," ucap Faizal sambil menuruni tangga. Azila menghembuskan nafasnya kasar sambil merotasikan bola matanya malas.

"Entaran aja deh, males," balas Azila dengan tetap memainkan benda pipih yang ada ditangannya.

Persimpangan Jalan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang