au/eleven

4.8K 667 15
                                    


Lisa pov.

"Lili rindu.." begitu aku membuka pintu Jennie langsung mengeluarkan rengekannya sambil membuka lebar kedua tangannya.

Aku tersenyum menghampiri Jennie.

"Aku juga merindukanmu" ku elus lembut kepalanya.

Hari ini kepulangan Jennie setelah dua hari di rawat di rumah sakit, aku akan mengantarkan Jennie sampai rumah karena sebelumnya aku sudah meminta ijin pada orang tuanya.

Eomma dan Appa Jennie sangat baik, mereka memperlakukan ku dengan sangat hangat.

Tidak seperti kedua orang tuaku, terasa asing dan dingin meskipun satu darah, ck.

"Nini tidak sabar masuk sekolah lagi, hihihi"

Aku merapikan rambutnya lalu mengelus pipi mandunya dengan jempol ku.

"Hem sekarang ayo kita pulang, Eomma dan Appa mu sudah menunggu di rumah" aku membantu Jennie turun dari brangkar.

"Nini mau eskrim, sudah dua hari ini Nini tidak memakannya. Boleh ya" Jennie memberikan puppy eyes nya.

Aku gemas mengacak-acak rambutnya.

"Satu dulu ya, kamu baru sembuh" aku memberikan pengertian.

Jennie cemberut namun tetap mengangguk.

"Ayo" aku menggandeng tangannya.

Jennie menggeleng dengan bibir mengerucut.

"Kenapa?"

"Mau gendong depan" manja Jennie.

"Tidak malu? Banyak orang yang akan melihatmu"

"Tidak. Gendong Nini ya, pwwes" Jennie membuat wajah imut.

Aku mengigit bibir dalam ku tidak kuasa menahan gemas.

"Come" aku tersenyum membuka lebar tanganku.

"Yeay!" Jennie kegirangan dan melompat ke tubuhku.

Aku segera menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Happy?" Aku mulai melangkahkan kakiku keluar dari ruangan.

"Nini happy! Thanks Lili xixixi" Jennie terkikis senang membenamkan wajahnya di leherku.

"My pleasure" senyumku.

Di koridor rumah sakit banyak sekali yang memperhatikan kami, aku tidak ambil pusing hanya fokus berjalan dengan wajah datar ku.

Sesampainya di parkiran aku membuka pintu mobil untuk Jennie kemudian dengan hati-hati aku memasukkan Jennie kedalaman mobil.

Setelah itu aku bergegas masuk kedalam mobil.

"Lili, Nini mau mewarnai rambut" Jennie menoleh menatapku.

"Jangan aneh-aneh" kataku kemudian melajukan mobilku pergi dari rumah sakit.

"Apa yang aneh Lili? Nini hanya ingin mewarnai rambut sama seperti Rosé, itu terlihat keren"

"Ah Rosé si blonde itu, aku kira itu rambut aslinya karena sangat cocok dengannya. Seperti bule"

Jennie mempoutkan bibirnya.

"Apa Rosé cantik?" Aku melihat Jennie sebentar kemudian memelankan laju mobilku agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Aku tidak pernah melihat wajahnya secara detail"

"Tapi Lili bisa mendefinisikan rambut Rosé sangat cocok dengannya. Jujur saja apa Lili mulai tertarik dengan Rosé?"

Aku mengernyit heran.

"Pertanyaan apa itu Nini, kamu ini ada-ada saja" aku berdecak geleng-geleng kepala.

"Ya suka-suka Nini lah, jawab Lili mulai tertarik kan dengan Rosé" paksa Jennie dengan wajah terlihat marah.

Sial, itu malah terlihat menggemaskan di mataku.

"Kamu marah?"

"Tidak, Nini tidak marah" kata Jennie namun raut wajahnya tidak berubah sama sekali.

Ckckck kucing satu ini, ingin ku cubit saja pipinya.

"Oh" aku manggut-manggut.

Puk

Jennie melayangkan pukulan kecilnya di lenganku.

Aku menatapnya heran.

Jennie melengkungkan bibirnya kebawah kemudian kalian tau apa yang terjadi selanjutnya.

"Huwaaaa.." ya menangis, manusia mungil ini sangat cengeng ya Tuhan.

Aku menghela nafas kemudian menepikan mobil.

"Kenapa menangis hemm" aku menyentuh pundaknya yang bergetar.

"Hikss Lili tidak sayang Nini lagi.. Lili menyukai Rosé hiks apa Nini tidak cantik sehingga Lili tidak menyukai Nini? Hikss Lili jahat.." tangis Jennie memukul-mukul pundak ku.

Aku menggeleng lalu membawanya ke pelukanku.

"Kamu random sekali Nini, awalnya kamu ingin mewarnai rambut kemudian perkataan mu mulai melenceng kemana-mana" aku mengusap-usap punggungnya.

"Jangan menyalahkan Nini!" Pekik Jennie lalu mengigit lenganku.

"Ssh" aku hanya bias meringis memejamkan mataku.

"Dengar" aku menangkup pipinya menatap dalam mata kucingnya.

"Aku tidak tertarik apalagi sampai suka pada Rosé. Itu tidak akan mungkin oke, dan sudah kubilang aku tidak pernah melihat wajahnya secara detail, mau dia cantik atau tidak itu bukan urusanku"

Tangisan Jennie mulai redah, masih sedikit sesgukan.

"Hmph L-lili hik tidak akan tertarik dengan Rosé kan"

"Tidak. Sudah jangan menangis lagi hemm" aku menghapus air matanya.

Jennie mengangguk dan kembali memelukku.

Aku meletakkan daguku di atas kepalanya dan tanganku mengusap-usap punggungnya.

"Mau tau rahasia?" Kataku.

Jennie mendongak lalu mengangguk kecil.

how cute.

Aku mendekatkan bibirku di telinganya.

"Kamu yang paling cantik di mataku, tidak ada yang lain" bisik ku dan mengecup pipi Jennie setelahnya.

Aku melihat Jennie menegang dengan mata berkedip-kedip lucu.

Entah keberanian apa yang merasuki ku, tapi yang jelas aku senang mencium pipi mandunya.

•••

Mampir ada yang baru, pdkt Tiwibalabla

Mampir ada yang baru, pdkt ↓ Tiwibalabla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

06/05/24

Nini cemburu 😭🤏

Vote komen lanjut.

about us [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang