au/thirteen

4.6K 647 14
                                    


Lisa pov.

Sangat membosankan, hari ini aku masuk kelas dan tidak membolos karena Jennie.

Iya, manusia mungil itu mengancam akan merajuk jika aku bolos tanpa mengajaknya.

Benar-benar, lain kali aku harus membolos secara diam-diam agar tidak ketahuan.

"Lalisa Manoban perhatian ke depan bukan ke jendela" tegur pak Heechul guru yang sedang mengajar.

Aku memasang wajah datar ku menatap ke depan sesuai keinginannya.

Aku mendengar murid-murid mulai menggosipiku, bahkan dari sudut mataku aku bisa melihat ada sepasang mata yang dari tadi menatap ke arahku.

Aku memutar arah pandanganku untuk menatapnya.

Gotcha!

Ternyata dia Rosé si gadis blonde, dia terlihat kaget buru-buru mengalihkan tatapannya dan berpura-pura fokus menatap ke depan.

Ck, untuk apa dia menatapku? Ingin menilai ku kah? Terserah saja lagian aku tidak peduli.

Kringgg

Akhirnya bel yang aku tunggu-tunggu berbunyi juga.

Aku berdiri dan keluar dari ruangan, tujuanku ke arah toilet karena aku sudah tidak tahan ingin buang air kecil.

Sesampainya di toilet aku langsung menuntaskan buang air kecilku, setelah itu aku keluar membasuh tangan di wastafel.

Saat hendak keluar aku melihat Rosé sedang di hadang June.

Aku menyenderkan tubuhku di dinding, tidak ingin ikut campur sebenarnya namun Rosé adalah sahabat Jennie.

"Kenapa kamu tidak mau membalas pesanku eoh, kamu bahkan memblokir nomorku sial"

"Aku tidak menyukaimu. Sekarang menjauh dariku brengsek" Rosé mendorong June namun June lebih kuat menahan kedua pundak Rosé.

"Jangan membuatku berbuat kasar padamu Rosé, buka blokir mu sekarang"

"Ssh kamu menyakiti ku" ringis Rosé memegang pundaknya.

"Hentikan" aku menatap datar June.

"Cih jangan ikut campur gadis aneh" June menatap sinis kearah ku.

"Pergi sebelum aku memukulmu sampai pingsan"

"Hahaha gadis kurus sepertimu ingin memukulku? Ayo pukul aku, pukul aku sekarang" June mendorongku lalu menepuk-nepuk pipinya.

"Jangan menyesal setelah ini"

"Tid-"

Bugh

Aku melayangkan pukulan keras di wajahnya.

"Aaaak!" Pekik Rosé menutup mulutnya.

Brugh

Lemah sekali dia langsung pingsan.

Lalu Rosé menatapku.

"Dia pantas mendapatkannya" kataku setelah itu pergi dari hadapan Rosé.

"Lili Lili.. Nini capek mencari Lili kemana-mana" Jennie berlari ke arahku.

Hug

Jennie langsung memelukku.

"Aku habis dari toilet Nini" aku mengelus rambutnya.

"Kenapa lama sekali" rengek Jennie.

"Ada sedikit urusan" aku memainkan pipinya.

"Urusan apa?" Jennie penasaran menatapku dengan mata kucingnya.

"Tidak penting. Kamu sudah makan?"

"Belum, Nini menunggu Lili"

"Jangan menunggu ku jika kamu ingin makan. Kenapa tidak pergi bersama teman-teman mu?"

"Tidak mau, Nini mau sama Lili saja. Lagian teman-teman Nini menyebalkan, mereka terus saja melarang Nini dekat-dekat Lili" adu Jennie dengan wajah kesalnya.

"Mereka pasti mengatakan aku buruk" tebakku dan Jennie mengangguk dengan lucu.

"Ya Lili, mereka sedikit jahat bukan" Jennie mengerucutkan bibirnya.

"Kkkhh kenapa sedikit jahat Nini" aku mengelus pipinya.

"Emm tidak boleh banyak-banyak karena mereka masih teman Nini, hihihi" Jennie menyengir.

"Dasar" aku memencet hidung kecilnya.

"Ayo makan Lili, lihat perut Nini sudah berbunyi meminta makan" Jennie menunjuk-nunjuk perutnya.

"Apa kata perutmu Nini?" Aku memegang perut Jennie.

"Katanya.. 'Nini tolong isi aku, aku butuh makananku huhuu'. Begitu katanya Lili" Jennie menatapku dengan tatapan polosnya.

Aku tertawa merasa gemas dengan tingkah lucu Jennie.

"Ayo makan di luar" aku menggenggam tangan mungilnya.

"Kita bolos Lili!" Jennie berbinar, astaga kenapa hanya ada kata bolos di pikirannya sekarang.

Aku buru-buru menarik hidungnya.

"Tidak, kita hanya makan lalu kembali lagi. Jangan nakal Nini" aku segera membawa Jennie menuju parkiran.

"Issh" Jennie cemberut menghentakkan kakinya seperti anak kecil.

•••

Tbc

12/05/24

Nini Nini..

Vote komen lanjut.

about us [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang