au/fifteen

4.1K 633 18
                                    


Lisa pov.

"Hikss hiks mereka jahat.." tangisan Jennie belum juga mereda semenjak aku menjemputnya tadi.

Saat ini kami berada di taman, aku membawa Jennie kesini agar dia merasa tenang.

Jennie belum mau menceritakan apapun dan aku dengan pengertian menunggunya sampai mau menceritakan masalahnya.

"Siapa yang jahat Nini" dengan lembut aku menyeka air matanya.

Kasian Jennie terlalu lama menangis, hidungnya sudah tersumbat dan matanya sembab.

"Hiksss" Jennie menangis lirih membenamkan wajahnya di dadaku.

Aku menghela nafas, tidak tega terus-terusan melihat Jennie menangis.

"Tidak apa-apa jika tidak mau bercerita tapi Nini harus berhenti menangis okey, aku ikutan sedih melihatmu menangis terus. Ssh sudah ya menangis nya, nanti cantiknya hilang" bujukku mengelus lembut rambutnya.

"Hmph hmph hik Lili.." Jennie sesgukan mendongak menatap ku.

"Iya Nini kenapa hmm" aku mengusap pipinya.

"H-haus"

Aku segera membuka tutup botol minuman untuk Jennie, sebelumnya aku sudah memberinya karena tau Jennie pasti akan membutuhkannya.

"Minum pelan-pelan Nini" aku membantu memegang botol minuman untuk Jennie.

Jennie minum banyak dan tinggal setengah dalam sekali teguk.

"Makasih Lili hik" setelah itu Jennie menyenderkan kepalanya di dadaku.

"My pleasure" senyumku kembali menutup tutup botol minuman.

"Lili"

"Hem"

"Pangku Nini" pinta Jennie dengan suara seraknya.

Aku menurutinya langsung mengangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuan ku.

"Sudah, sekarang Nini mau apa lagi?" Aku merapikan rambutnya.

Jennie memeluk leherku lalu menyamankan posisi kepalanya di sana.

"Puk puk"

"Apa itu puk puk?" Aku bingung.

"Punggung Nini di puk puk Lili.." suara Jennie terdengar seperti ingin menangis lagi.

Jennie sangat sensitif.

"E-emm seperti ini?" Aku dengan pelan menepuk-nepuk punggung Jennie.

Jennie mengangguk pelan.

"Lili, Lili sayang Nini kan?" Tanya Jennie tanpa menatapku.

Aku diam sejenak.

Jika di pikir-pikir aku nyaman dekat Jennie, aku suka bagaimana dia berusaha membuatku tertawa dan tersenyum.

Aku menyayanginya God!

"Lili tidak menjawab pertanyaan Nini, hikss.." aku menepuk dahi ku, Jennie menangis lagi ya Tuhan.

"Aku bukannya tidak hanya saja belum Nini. Aku menyayangimu Nini sungguh, apa kamu juga menyayangi ku?" Aku balik bertanya.

"Iya Nini sayang Lili" jawab Jennie tanpa ragu.

Aku tersenyum mengecup puncak kepalanya.

"Lili tau kenapa Nini menangis?" Jennie menegakkan duduknya menatapku.

"Kenapa?" Ku usap pinggangnya.

"Karena Eomma dan Appa membuat Nini sedih, mereka mengatakan hal yang buruk tentang Lili. Ini salah Jisoo eonnie yang mengadukan Lili pada Eomma dan Appa, dia berkata yang tidak-tidak sampai Eomma dan Appa menyuruh Nini menjauhi Lili. Nini tidak mau dan akhirnya Nini menangis karena sakit disini" lirih Jennie menunjuk hatinya.

Aku tidak kaget lagi dengan orang yang mengatakan buruk tentangku, tapi orang tua Jennie.. semudah itukah mereka dipengaruhi? Kkkhh lucu sekali dunia ini.

"Nini, apa menurutmu aku buruk?" Aku dengan putus asa bertanya pada Jennie.

Jennie menggeleng kemudian menangkup pipiku.

"Tidak, Lili baik dan penyayang. Jangan dengarkan omongan orang, dengarkan saja Nini okey" Jennie tersenyum sambil mengelus pipiku.

Aku ikut tersenyum menganggukkan kepalaku.

Biarlah di mata orang aku terlihat buruk tapi di mata Jennie jangan, aku tidak bisa jika dia mengatakan aku buruk.

"Sayang Lili" Jennie kembali memelukku.

"Sayang Nini juga" aku sedikit terkikik membalas pelukannya.

Pelukan ini sangat nyaman, aku ingin merasakan ini selamanya.

•••

Tbc

19/05/24

Nini sama Lili aja biarin chikin makin panas, aww sayang Nini dan Lili juga..

Vote komen lanjut.

about us [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang