au/eight

4.9K 695 9
                                    


Lisa pov.

Aku cemas, berjalan mondar-mandir sambil sesekali melihat Jennie yang tengah di tangani dokter.

Melihat dokter keluar dari ruangan Jennie, aku berdehem menetralkan suaraku.

"Dokter bagaimana keadaan teman saya"

"Kurang baik, temanmu demam dan satu lagi imun tubuhnya lemah. Dia mudah sakit jika terlalu lelah dan kecapean. Aku sudah meresep obatnya, nanti kamu bisa mengambilnya di kasir, permisi" dokter pergi.

Sementara aku terdiam mendengar penjelasan dokter barusan.

Aku menghela nafas panjang, menatap pintu sebentar sebelum akhirnya membukanya dan masuk kedalam.

Jennie tertidur, dia terlihat rapuh dan tak berdaya.

Aku duduk di sampingnya, menggenggam tangannya sambil mengelus-elus nya.

"Jangan sakit" aku membawa tangan Jennie ke pipiku.

"Aku benci melihat mu terbaring lemah tak berdaya"

"Nini, bangun" aku mencium punggung tangannya.

"Enghh" aku menatap Jennie yang perlahan membuka pejaman matanya.

"Sss kepala Nini pusing" Jennie memegang kepalanya.

"Jangan banyak bergerak dulu Nini" dengan lembut aku mengusap dahinya.

Jennie menatapku, sedetik kemudian bibirnya melengkung ke bawah.

"Hei ada apa, kenapa kamu bersedih. Ada yang sakit?" aku panik.

"Lisa peluk Nini.. Nini rindu sekali" rengek Jennie mengangkat kedua tangannya.

Aku menunduk dan memeluk tubuh Jennie.

"Nini sakit" adu Jennie manja.

"Aku tau" aku mengelus rambutnya.

"Jangan suruh Nini menjauhi Lisa, Nini tidak mau pokoknya. Lisa itu baik orang-orang saja yang menganggap Lisa buruk. Mereka hanya menilai dari luar nya saja, iya kan Lisa" Jennie melonggarkan pelukannya menatapku.

Aku diam menatap dalam mata kucingnya.

"Aaaak Lisa jangan diam saja.. nanti Nini tambah sakit jika Lisa menyuruh Nini menjauh"

"Jangan sakit aku tidak suka" tegas ku.

"Makanya jangan suruh Nini menjauhi, janji Lisa akan membiarkan Nini dekat dengan Lisa lagi?" Jennie memberikan jari kelingkingnya.

Aku masih menatap mata cantiknya.

"Lisa janji ya" Jennie memajukan bibirnya.

Persetan dengan kata orang! Aku tidak akan menjauhi Jennie, siapa mereka mengaturku? Ini tentangku dan Jennie jadi kami berhak bahagia.

"Janji" aku menautkan jari kelingking kami.

"Yeay Nini sangat senang Lisa" Jennie kembali memeluk erat tubuhku.

"Hem" aku tersenyum tipis.

"Sekarang beritahu orang tuamu, kamu di rumah sakit Nini, mereka pasti khawatir denganmu. Apalagi teman-teman mu yang mungkin saja menganggap mu kabur dari sekolah"

"Arasso, mana ponsel Nini?"

"Ini" aku menjangkau ponsel Jennie dari atas meja.

"Gomawo Lisa-yaa" aku mengangguk kemudian Jennie mengabari orang tua dan teman-temannya.

"Benar kata Lisa, mereka sangat khawatir karena Nini tiba-tiba menghilang dan tidak bisa di hubungi. Eomma menangis karena Nini takut Nini kenapa-napa sedangkan Appa hampir saja melapor ke polisi"

Jennie benar-benar beruntung hidup dalam keluarga yang mencintai dan menyayanginya. Di tambah lagi dengan adanya teman-teman yang selalu menjaga dan memperhatikannya.

Sedangkan aku? Aku jauh dari kata beruntung.

"Ah jadi bagiamana tanggapan mereka kamu ada disini, Nini?"

Jennie menatapku lalu menangkup pipiku.

"Jelas khawatir Lili, bahkan mereka sedang menuju kesini sekarang"

Aku manggut-manggut.

"Itu panggilan baru untukku?"

"Ya, Nini and Lili, itu bagus kan?"

Aku mengangguk.

"Lili! Tersenyumlah sedikit jangan datar-datar saja" protes Jennie menekan kedua pipiku.

Aku melepaskan tangan Jennie dari pipiku.

"Aku kaku Nini, tidak terbiasa tersenyum"

"Biasakan mulai sekarang, demi Nini pleaseuu" Jennie menampilkan puppy eyes nya.

Aku menghela nafas lalu mencoba tersenyum seperti yang Jennie inginkan.

"Itu bagus Lili! Senyum Lili sangat manis Nini suka sekali melihatnya. Sering-seringlah tersenyum, tapi hanya untuk Nini jangan bagi-bagi dengan yang lain okey"

"Hem" aku mengangguk sambil tersenyum.

"Bagus" Jennie menepuk-nepuk puncak kepalaku setelahnya.

Aku seperti anak kecil saja.

•••

Tbc

30/04/24

Nini obatnya Lili.

Vote komen lanjut.

about us [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang