Lisa pov.Ting.. tong
Aku mencoba meredakan emosi ku, sangat tidak pantas jika aku menunjukkannya di hadapan Jennie dan kedua orang tuanya.
Ceklek
Aku menoleh dan yang membuka pintu adalah uncle Kim.
Aku tersenyum lalu membungkuk sopan.
"Uncle, bolehkah aku bertemu Jennie? Please" lirihku memohon.
Uncle Kim mengangguk kemudian mempersiapkan ku masuk.
"Kamu tunggulah di ruang tamu, uncle akan memanggil Jennie"
"Terimakasih uncle"
Uncle Kim mengangguk kemudian pergi ke kamar Jennie.
Aku menghela nafas berulangkali, rasa marah di hatiku belum juga menghilang namun aku sebisa mungkin menahannya.
"Lili"
Aku bangkit dan langsung memeluk Jennie.
"Nini, i need you" aku memeluk Jennie erat-erat.
"Nini disini" lembut Jennie sambil mengelus punggung ku.
"Ayo duduk dulu, Nini capek berdiri terus"
Aku mengangguk, tanpa melepas pelukanku kami akhirnya berhasil duduk di sofa.
"I miss you so much" aku menghirup dalam-dalam aroma tubuh Jennie.
"I miss you too, Lili" balas Jennie.
Perlahan kemarahan ku mereda setelah mendapatkan pelukan Jennie.
"Lili kenapa, hmm?" Jennie menangkup pipi ku.
Aku menatap Jennie lalu menghela nafas berat.
"Aku sangat marah Nini, keluarga ku mencoba menjodohkan ku"
Wajah Jennie berubah cemberut.
"Apa Lili menerimanya?" Jennie menatapku dengan garang sekarang.
Aku terkekeh sedikit terhibur dengan ekspresi menggemaskan kekasihku.
"Tentu tidak sayang, aku menolaknya mentah-mentah. Aku juga mengatakan pada mereka kalau aku sudah mempunyai kekasih yang sangat cantik, dan aku berjanji akan menikahinya" aku mencium kening Jennie sekilas
Jennie tampak tersipu.
"Nini tidak mau berpisah dengan Lili, kita harus bersama sampai maut memisahkan ya?" Jennie memberikan jari kelingkingnya.
"Iya Nini" senyumku menyatukan jari kelingkingku.
"I love you boo"senyum Jennie.
Hatiku menghangat mendengarnya.
"I love you more baby" balasku sambil mengelus pipi mandunya.
Chup
Begitu saja Jennie mencium pipiku.
"Lili mau kemana setelah ini?" Tanya Jennie sambil memainkan jari-jari ku.
"Neraka"
Jennie memukul lengan ku.
Aku tertawa lalu mencubit pipinya.
"Yang benar Lili" sebal Jennie.
"Iya memang benar Nini, rumah kedua orang tuaku" aku tersenyum lirih.
Jennie menghela nafas pelan.
"Tidur sini saja bersama Nini"
"Lain kali saja Nini, aku ingin menyudahi semuanya hari ini. Tentang perjodohan konyol yang di setujui Mommy dan Daddy tanpa menanyakan pendapat ku. Bukankah mereka sangat jahat Nini? Mereka tidak pernah merawat ku dengan benar sebelumnya" aku jadi emosional, mata ku panas ingin mengeluarkan cairan bening.
Jennie segera mendekap erat tubuhku.
"Jangan sedih Lili, sekarang ada Nini di hidup Lili. Utututu sayang sayang" Jennie menepuk-nepuk punggung ku, dan sekali lagi berhasil membuatku terhibur dengan caranya.
"Aku sangat mencintaimu dan menyayangimu Nini, jangan pernah pergi dariku ya, aku bisa gila" aku mencium bahu Jennie.
"Tidak akan, Lili juga jangan pernah meninggalkan Nini ya nanti Nini mengurung diri tidak mau makan dan minum"
Aku terkekeh sambil mengangguk pelan.
"Hanya kamu satu-satunya orang yang aku miliki dan aku percayai sekarang" aku melonggarkan pelukan ku kemudian menyatukan kening kami.
"Terimakasih Lili, Nini bersyukur bisa di cintai sebesar ini oleh Lili"
"Dan aku bersyukur memiliki mu"
Kemudian kami sama-sama tersenyum.
"Bawa Nini ke rumah Lili, Nini ingin berkenalan dengan kedua orang tua Lili secara resmi"
Aku mengerutkan keningku.
"Untuk apa? Aku tidak mau mereka menyakitimu dengan kata-kata mereka. Pokoknya tidak Nini"
"Nini tidak akan menangis, Nini janji akan kuat. Nini ikut ya, please"
"Tidak sekarang Nini, biar aku menyelesaikan maslah kami terlebih dahulu. Mengerti lah, hemm" lirihku.
Jennie menundukkan kepalanya.
"Eum Nini tidak jadi ikut"
Aku menghela nafas samar.
"Jangan merajuk, aku akan mengenalkan mu tapi tidak sekarang Nini. Suasananya lagi panas dan mencekam. Janji, setelah kondisinya membaik" aku menangkup pipinya.
Mata Jennie berkaca-kaca, huh jodohku cengeng sekali.
"Ssh jangan menangis, aku hanya tidak ingin kamu terluka dengan kata-kata mereka. Mulut mereka berbisa asal Nini tau saja"
Jennie akhirnya menatapku.
"Hmph seperti ular ya berbisa, pasti menyeramkan" polos Jennie.
Aku tertawa dalam hati, iyakan saja biar cepat.
"Iya Nini, sangat menyeramkan. Maka dari itu biarkan aku menghilangkan biasa mereka terlebih dahulu, setelah hilang Nini bisa bertemu dengan mereka agar Nini tidak terluka" aku merapikan rambut Jennie.
"Eum Nini mengerti Lili, untung Nini tidak jadi ikut kan"
Aku tersenyum.
"Good girl" aku memainkan pipi mandu Jennie.
Jennie terkikik menampilkan gummy smile nya.
Kekasihku mengemaskan sekali, ingin ku masukkan saja kedalam karung lalu aku bawa pulang.
•••
Tbc
24/07/24
Bucin banget si lu berdua, mana Nini percaya percaya aja lagi 😭🤏
Vote komen lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
about us [Jenlisa]√
Fiksi PenggemarLalisa Manoban, gadis misterius yang sering di anggap buruk oleh teman sekolahnya. Jennie Kim, gadis manja ceria yang penuh dengan semangat. hari-harinya selalu berakhir baik, orang-orang sangat menyukainya karena dia cantik lucu imut dan menggemask...