Cookies

1.3K 132 25
                                    

"Aku sempet baca komentar orang-orang soal projek kamu yang baru sama Haechan." Karina barucap sembari makan apel dalam genggaman. Ia duduk di kursi meja makan yang diubahnya menghadap ke samping, topang salah satu tangannya di atas meja, sedang wajahnya menatap Jaemin yang berdiri membelakanginya. Perempuan itu sudah disini satu jam lalu.

"Jahat banget ketikan orang. Haechan gak pantes dibenci kayak gitu." lanjut Karina tidak terima.

"Bener, aku setuju." sedang Jaemin hanya balas seadanya sambil angguk kepala, ia sibuk cuci piring bekas masak dan makannya tadi. Karina tolak tawaran Jaemin untuk makan bersama, karena katanya dia sudah lebih dulu makan siang sebelum mampir kesini. Jadi, tadi Karina hanya temani Jaemin makan.

"Nana, have you asked him if he's okay?" pertanyaan Karina buat Jaemin menoleh sebentar, dan lihat wajah khawatir dari si cantik yang berharap kalau dia sudah menghubungi Haechan.

"—aku takut dia kepikiran sama komentar di sosial media." jelas Karina, kembali gigit buah manis yang masih sisa setengah di tangannya. Menurutnya, pemilik wajah lucu nan gemas itu tidak pantas mendapat tanggapan buruk dari orang lain, dia hanya bekerja sebagai model profesional, bukan seperti apa yang orang-orang itu katakan.

Jaemin kembali anggukan kepala yang hanya dapat Karina lihat dari belakang, "Hmm, udah. Dia baik-baik aja. Kamu gak usah khawatir." Karina hanya tidak tahu, kalau semalam Jaemin datang temui Haechan sebab khawatirnya pada si manis.

"Kenapa kamu peduli?" tanya Jaemin.

"Peduli sama Haechan? Bukannya kamu juga peduli, Jaemin?" wajah yang tadinya menunduk sibuk cuci gelas, beralih tatap dinding di depan sampai ia hentikan aktivitasnya. Iya ya, dia juga peduli, sampai rela datang ke apartemen si manis semalam hanya untuk temani Haechan agar tidak larut dalam sedihnya. Iya ya, dia juga peduli.

"You are right, Kai. Aku peduli. Aku pikir karena aku sama dia rekan kerja? .... But you, kamu bahkan baru ngobrol sama dia sekali, kan?" balas Jaemin lalu kembali fokus pada gelas dan sabun di tangannya. Dia tidak tampik akan rasa pedulinya pada Haechan. Terlalu nampak bohongnya kalau dia tidak akui itu. Lagi pula, disini Karina juga peduli pada Haechan yang bahkan masih terlalu asing untuknya.

Karina mengangguk setuju, "Nggak salah sih, kita baru ngobrol sekali.
.... Yaa, aku peduli karena aku penggemarnya lah." dan jawaban Karina juga ada benarnya. Penggemar pasti akan selalu peduli pada seseorang yang disayanginya.

"Tapi aku juga kena hate comment, dan kamu gak nanya if I'm okay or not." ucapan Jaemin buat tawa seseorang mengudara. Kalau saja Jaemin lihat, Karina di belakang sedang tertawa sambil geleng kepala. Kalimat macam apa yang tadi baru saja didengarnya? Lucu sekali pikir si cantik yang baru saja habiskan apelnya itu.

"Na, aku lagi duduk merhatiin kamu sekarang yang lagi nyuci piring, gak ada tuh aku liat kamu murung atau hela napas lesu ala-ala sedih gitu." jelas Karina setelah hentikan tawanya.

"You are totally fine. Dan lagi, kamu bukan tipe yang bakal peduli sama omongan orang." lanjut si cantik selesaikan kalimat, ia lantas berdiri, berjalan mendekat ke arah Jaemin.

Pria itu pun mengangguk dengan senyuman, "You know me pretty well, Kai." ucap Jaemin tepat saat Karina berdiri di sampingnya. Si cantik itu berdiri menghadapnya, topang dagu di pundak Jaemin yang tidak merasa terganggu sama sekali.

"I'm your girlfriend, kalo kamu lupa. Jelas aku tau kamu. Karna kalo enggak, bisa-bisa kredibilitasku sebagai pacarmu bisa dipertanyakan keluarga besar kita dan orang-orang diluar sana." ucap Karina sambil melirik ke arah sink dibawahnya; dagunya masih terus ia topang di bahu pria itu, ia lihat Jaemin cuci benda kotor terakhir sebelum ditaruh di rak kecil yang menggantung sedikit ke kanan dari sink.

Semicolon [NAHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang