Is this your revenge?

1.5K 134 81
                                    

Jaemin jadi semakin kacau saat sudah 14 jam terlewat begitu saja tanpa kabar dari Haechan. Dia sering tidak dihubungi Haechan saat hari libur sampai 3 hari lamanya, yang walaupun cukup membuat gelisah, tapi setidaknya, Haechan memberitahunya agar pria itu tidak kecarian. Selalu begitu, yang walaupun dengan berat perasaan tidak setuju, Jaemin tetap terima. Setidaknya, dia tidak risau--walau sebenarnya dipaksakan-- karena yakin jika Haechan akan baik-baik saja.

Tapi sekarang beda cerita, saat bunga pukul sembilan harusnya mekar di jam 9 pagi, tapi pagi tadi bunga itu tidak mekar sama sekali. Saat Jaemin harusnya dapat kabar sekedar alasan si manis pergi, tapi dia tidak dapat kabar itu sama sekali.

Lalu bagaimana Jaemin bisa berpikir jernih? Saat si manis tidak dalam dekap peluknya, saat si manis tidak dalam jarak pandangnya, dan saat si manis menghilang begitu saja.

Dia disana. Duduk termenung dengan ponsel yang selalu menyala, menunggu Haechan menghubunginya yang entah kapan. Kepergian Haechan sejak tadi pagi masih belum mendapat kabar apapun.

"Kamu dimana? Aku khawatir, Haechan." deru napasnya lesu. Jaemin bingung harus cari Haechan dimana. Tidak ada yang dia ketahui tentang si manis selain alamat apartemennya.

Lalu tawanya menguar begitu hambar. Haechan terlalu penuh misteri untuknya. Dan dengan alasan dia terlalu cinta, sampai tidak pernah mau memaksa si manis cerita barang tentang siapa nama orang tuanya atau siapa nama saudaranya. Haechan terlalu dalam melebihi palung mariana sampai dia tidak bisa terka apa saja isi di dalamnya. Terlalu gelap, penuh rahasia. Dan Jaemin tidak pernah memperdulikan itu selama Haechan bersamanya. Setidaknya, begitu pikirnya sebelum hari ini datang.

Padahal, hari ini sejak pagi sampai malam, langit cerah tanpa awan. Matahari bersinar dengan leluasa, juga bintang menghias malam dengan indahnya.

Tapi tidak dengan dunia milik si tampan. Siangnya kelabu, malamnya gelap tanpa penerang apapun. Mataharinya tidak memberi sinar seperti sebelumnya, pun bintang-bintangnya ikut hilang entah kemana.

Dia sudah hubungi Renjun, dan lelaki itu juga sama, tidak dapat kabar apapun bahkan dari semalam.

Pun dia sudah meminta alamat rumah Haechan, tapi manajernya tidak mau memberikan. Sudah Jaemin paksa, tapi tidak ada hasil yang didapat. Dan sebagai balas akan rasa bersalahnya, Renjun datangi rumah si manis tapi tidak ada seorangpun di sana. Begitu keterangan dari Renjun yang Jaemin dapat.

Sebegitunya Haechan menutup informasi pribadinya, cukup sentil bagian terdalam perasaan Jaemin.

Apa Haechan juga mencintainya?

Atau hanya ada cinta sendirian disini?

Dalam benaknya, Jaemin kacau bukan main. Sekelebat pikiran tentang keraguan akan perasaan yang hanya ada di satu pihak, sekelebat yang lain tentang kemana dia harus tapakkan kaki agar harap yang dia doakan bisa dia gapai.

Haechan, Jaemin rasanya hilang arah sekarang.

Tidak tahu harus kemana, agar dapat bertemu si kesayangan.

Haechan, Jaemin mulai ragu sekarang.

Apa benar dia sendirian mendamba?

Tapi hatinya memaksa. Memaksa kalau Haechan juga benar mencintainya, memaksa kalau Haechan juga jatuh bersamanya. Begitu yang Jaemin paksakan, untuk percaya pada keraguan yang tiba-tiba membentang begitu luas dalam pikirannya.

Hingga akhirnya dia putuskan untuk pulang ke apartemen Haechan, mungkin ada secercah harapan di sana.

Mungkin, Haechan akan pulang.

Dan memang harus pulang.

Pulang ke dalam peluknya Jaemin, yang masih setia terbentang untuk tunggu si manis datang.

Semicolon [NAHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang