Hari terakhir di Jeju, mereka sudah habiskan banyak waktu bermain dan berwisata. Ke taman batu, ke taman Kimnyoung, dan terakhir Manjanggul Cave. Inginnya ke gunung Hallasan, tapi sekarang pertengahan musim panas, bukan waktu yang bagus untuk mendaki ke sana. Nanti, Jaemin janjikan untuk ke Hallasan di penghujung musim semi agar bisa lihat bunga Azalea bermekaran indah di sana.
Ah, iya, kemarin Jaemin minta sus Ana untuk datang susul mereka hari ini. Mulai sore nanti akan ada orang ke-4 dalam rumah.
Hari terakhir liburan, pantai jadi pilihan. Lima hari di pulau ini kelewat sedikit untuk bisa realisasikan berbagai daftar tempat yang ingin Jaemin kunjungi bersama keluarga kecilnya.
Mereka di sana, di bibir pantai, Jaemin dan Woojin sibuk main pasir dan air asin. Sementara Haechan duduk di sun lounger yang tersedia di pesisir pantai. Si manis pilih nikmati cerahnya cuaca hari ini dengan bersantai sambil minum air kelapa. Segar.
Melupakan diri kalau keduanya adalah model terkenal, sejauh dia yang pernah ajak Woojin ke sini, privasinya masih terjaga.
Mulai dari istana pasir, benteng pasir, kura-kura, sampai bentuk tidak beraturan, papa dan anak itu tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Tanpa sadar kalau Haechan dari jauh memperhatikan, seraya abadikan dua kesayangannya dalam gambar.
Seperti sebelum-sebelumnya, kedua sudut bibirnya merekah sempurna. Keberadaan Jaemin dan Woojin dalam satu bingkai dari lensa matanya, selalu jadi pemandangan kesukaan Haechan. Selalu dan pasti lukis senyum di wajahnya.
Kemudian Haechan dibuat penasaran, alisnya menukik tanya saat si kecil berbalik menghadapnya dan, "Yaya!" sedikit berteriak, Woojin berlari dengan topi yang masih terus bertengger di kepala, menuju sang yaya yang balas tersenyum ke arahnya. Anak kecil mana mau jalan santai kalau ada cara yang lain; lari misalnya.
Haechan tunggui sang anak sampai padanya, kemudian bertanya, "Kenapa? Haus?" lalu anggukan dia dapatkan, ia bawa Woojin duduk di sisinya terlebih dahulu, sebelum ambil kelapa muda segar dari atas meja kayu.
Segera Woojin sesap air kelapa muda yang disodorkan sang yaya, nikmati segarnya air buah yang identik dengan musim panas dan pantai. Sampai anak itu lupa, kalau sang papa menunggunya. Tadi itu si kecil bilang begini, "Papa, tundu bental, ya. Ujin aus, mau mim duyu tsama yaya."
Alhasil Jaemin dibuat menunggu lama, Woojin belum kunjung kembali. Pria itu lantas menerawang jauh ke tempat Haechan dan sang anak, dilihatnya Woojin tak ada tanda-tanda akan kembali bermain pasir. Anak itu sekarang bersandar di perut sang yaya, topi yang dipakainya sudah lepas, larut dalam buai air kelapa di sampingnya yang disesapnya pakai sedotan. Berhasil ciptakan kekehan kecil dari sang papa. "Lagaknya, gaya banget." karena satu kaki kecil itu ditopang di atas kakinya yang lain.
Jadi, Jaemin putuskan untuk ikut bergabung, susul si kecil yang sudah lebih dulu sampai.
Hanya pakai celana selutut tanpa atasan, dalam langkahnya menyusul Woojin dan Haechan, seorang perempuan sekitar awal usia 20an menghalangi jalannya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, yang jelas itu tak luput dari manik hazel yang terus memerhatikan.
Dan apa itu? Sebuah senyum manis Jaemin berikan pada gadis itu dengan cuma-cuma? Ugh, Haechan tak suka. Matanya menyipit, terus perhatikan dua orang yang masih terus berbincang di sana.
Apa Jaemin lupa kalau dia sudah punya buntut satu? Lagaknya seperti bujang yang sedang mencari mangsa.
Haechan semakin dibuat kepanasan melebih panas matahari yang menyentuh kulitnya, saat lengan si tampan disentuh perempuan asing yang dia tidak bisa lihat bentuk rupanya sebab si gadis membelakanginya.
Dan idenya datang, "Woojin sayang, panggil papa gih, sana." suruh Haechan pada si kecil. Kasihan sebenarnya, Woojin sudah dalam posisi nyaman, tapi malah disuruhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon [NAHYUCK] ✔️
Fanfictionketika titik harusnya jadi tanda berhenti, tapi samar tanda koma di bawahnya jadi alasan keberlanjutan kisah dua manusia. bxb bl