Ruang bermain anak di area gedung VVIP rumah sakit jadi pilihan sebab anaknya menangis ingin minta pulang. Bosan katanya. Tapi dokter belum mengizinkan, berakhir dengan Haechan harus memutar otak untuk mengurangi rasa bosan sang anak.
"Yaya! Dinona mau itut mam tsama Ujin!"
"Ayo yaya, tuap tuap juga dinona." anak itu bicara sambil jalan jongkok menjauh dari Haechan, berbanding terbalik dengan ucapannya yang meminta agar mainannya ikut diberi makan. Tangan kanan si kecil pegang mainan dino, ia buat seolah-olah mainan itu dapat berjalan bersamanya.
Haechan dibuat geleng kepala melihatnya. Sejak semalam anaknya sudah mulai kembali aktif. Yang mana anak seusia Woojin memang tidak pernah bisa diam kecuali saat tidur karena kelelahan. Kadang, Haechan kewalahan sendiri mengurus sang anak yang selalu terisi penuh dayanya, main ini dan main itu, kesana dan kesini, seperti tidak pernah ada lelahnya.
"Dinonya udah makan tadi pas kamu tidur. Ayo sini makan dulu katanya mau cepet sembuh." kata sembuh yang diucap sang yaya berhasil menarik perhatiannya. Tidak bisa dipungkiri dirinya bosan di rumah sakit yang menurutnya terlalu sempit, dan dia tidak bisa kemana-mana sekedar main tanah seperti di halaman rumah. Dengan patuh anak itu berjalan kembali mendekati Haechan, mulutnya sudah dia buka lebar sejak ia balik badan sambil berlari untuk terima suapan yayanya.
"Pinternya anak yaya." senyum diumbar, Haechan selalu sempatkan beri apresiasi untuk sang sang walau hanya dari ucapan kata ketika si kecil melakukan hal baik seperti saat ini, ketika anak itu mau mendengarkan perintahnya.
"Iya don, Ujin ditu loo." ujar si kecil bangga.
"Pesawat siap-siap masuk. Aaa." tangannya Haechan ayun sebentar, baru kemudian ia bawa suap ke dalam mulut sang anak. Lantas senyum gemas Haechan tidak bisa tahan saat lihat pipi anaknya mengembung terisi makanan. Gemas sekali.
Ah, Jaemin bagaimana ya, sekarang?
Apa dia akan bangga padanya bisa besarkan anak mereka sendirian?
Apa dia akan bahagia kalau tahu ternyata apa yang dia katakan "little us." sudah sebesar ini?
Usianya sudah 2 tahun lebih sekarang, Jaemin.
Anakmu ini, jadi alasan Haechan mau beri kesempatan lain untukmu.
Dia biarkan Jaemin mendekatinya, walau dia kaget bukan main atas kemunculan pria itu setelah tanpa kabar berita 2 tahun lamanya.
Awalnya Haechan benar ingin menghindari pria itu sejauh yang dia bisa. Tidak, bukan karena dia benci, tapi ada baiknya dia buat batasan antara mereka, supaya menghindari kesalahan lain yang kiranya bisa timbul jika mereka terlalu sering bertemu sebagai rekan kerja. Lagipula dia tidak butuh tanggungjawab atas adanya anak mereka sebab Haechan merasa lebih dari mampu mengurus putra semata wayangnya.
Namun, pemikiran itu berubah, saat ia pulang kerja dan pintu kamar dibuka lalu dapati sang anak terlelap dengan damainya, buah pikirannya datang tanpa diminta.
Kalau dia, butuh Jaemin untuk anaknya. Demi anak mereka.
Karena sekalipun usahanya begitu keras agar sang anak bisa selalu cukup hanya dengan kehadirannya, rasanya tetap masih ada yang kurang. Woojin butuh figur lain, butuh figur Jaemin sebagai pelengkap agar dia bisa dapat rasakan figur orang tua yang utuh.
Haechan butuh Jaemin. Untuk anaknya.
Demikian itu, dia perlu buat Jaemin cinta, dengan harap kelak pria itu bisa terima dan percaya akan semua ucapnya. Kalau mereka punya sosok yang sering disebut orang buah hati. Walaupun bukan buah cinta karena dahulu tidak ada perasaan semacam itu, tapi Haechan tetap mencintai anak yang telah tinggal 9 bulan dalam perutnya tanpa membebankannya. Seolah mengerti keadaan kalau sang yaya hanya sendirian mengurusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon [NAHYUCK] ✔️
Fanfictionketika titik harusnya jadi tanda berhenti, tapi samar tanda koma di bawahnya jadi alasan keberlanjutan kisah dua manusia. bxb bl