cw: sidepair, Jenrina
Senandung samar yang dilakukannya mengiringi setiap langkah dan gerak tubuhnya. Dia sudah rapikan rumah, sekarang waktunya untuk ganti bunga di vas dekat jendela.
Berapa menit lalu perempuan itu selesai ambil bunga-bunga yang mekar di taman samping rumah mereka, Karina lantas beralih taruh keranjang di atas meja, untuk kembali dia rapikan bunga-bunga itu sebelum dipindahkan ke dalam vas. Tangannya lihai, potong tangkai sana sini, sambil sesekali ia hirup wangi kembang peony dalam genggam tangannya. Lalu kakinya berjalan menuju jendela, di mana vas yang ditujunya ada di sana. Bunga lama diganti yang baru, rumah yang hanya ditinggali 2 orang itu nampak lebih indah dengan dekorasi sederhana.
Dan ketika ia menunduk rapikan bunga baru di dalam vas, dari ujung matanya, ada kembang lain yang mengambang di udara. Senyumnya merekah, itu pasti ulah suaminya.
"Mau aku ambil ke situ, atau kamu yang ke sini?" tanya si cantik tanpa mau basa-basi.
Lalu, sosok itu munculkan diri di balik kaca jendela. Matanya ikut ukir senyuman, "Kamu ke hati aku, bisa gak?" pintanya manis sekali.
"Loh, kan udah?"
Jeno tertawa kecil mendengarnya sebelum kembali menghilang dari balik jendela, sesaat kemudian tampilkan diri di ambang pintu. Berjalan menuju Karina yang masih terus berdiri di tempatnya, ada hadiah kecupan ketika mereka akhirnya berada dalam jarak dekat.
"Ini buat istriku, anyelir kesukaan kamu." Jeno berikan buket bunga yang tadi ia beli di toko yang selalu dilewatinya setiap pergi dan pulang kerja. Padahal, mereka juga punya anyelir di taman kecil-kecilan rumah mereka. Tapi yang ini jelas beda, sebuah hadiah rasanya tetap akan lebih istimewa.
"Jadi, kamu pengen apa? Kan hatiku udah punya kamu." ah, Karina masih melanjutkan percakapan mereka sebelum bunga diberikan tadi.
"Benar. Kalo gitu, aku minta hati kamu selamanya, bisa?" kedua lengannya dipertemukan di belakang punggung Karina, Jeno hapus jarak tubuh mereka dengan pakaian yang jadi pembatas.
Tangkup dari telapak mulus Karina dapat ia rasakan di kedua sisi rahangnya, ada belai lembut di sana sembari ucapan, "I'm yours, Jeno. I'm yours, udah lebih dari 10 tahun yang lalu." juga senyum simpul setelahnya.
Benar, Jeno mengangguk setuju masih dengan senyum di mata, "Right. You are mine. Jadi, bisakah anda menuruti permintaan saya?"
Kepala dimiringkan, Karina buat dirinya seolah berpikir sebentar, "Aku dapat apa kalo nurutin permintaan kamu?"
"Apapun, aku usahain kasih semua." bahkan tanpa Karina menurutinya, Jeno lebih dari bersedia untuk turuti semua permintaan istrinya.
Tatapnya lalu beralih pada poni Karina, Jeno bawa naik tangannya untuk selipkan rambut depan sang istri yang menutupi wajah, agar dirinya bisa leluasa tatap wajah cantik yang sejak 2 tahun lalu sandang gelar istri dalam rumah tangga mereka.
"Oke, sir. Jadi, apa permintaan itu?"
"Kita dinner di luar, yuk?" ajaknya, lalu curi kecupan di pipi sang istri.
Riang di wajahnya terlihat kentara, Karina selalu senang setiap diajak Jeno makan di luar. "Tapi restonya aku yang pilih, ya?"
Jeno angkat sebelah alisnya, "Bukannya emang selalu begitu?" ia dapat gelak tawa setelahnya. Benar, seringnya Karina yang pilih restoran tempat mereka makan, walau untuk hari ini, Karina belum punya ide mau makan di mana.
Sekarang masih pukul 6 sore, rencananya, Jeno akan mengajak Karina jalan sebentar sembari tunggu pukul 7 sebelum mereka ke resto yang nanti akan jadi pilihan sambil mereka jalan di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon [NAHYUCK] ✔️
Fanficketika titik harusnya jadi tanda berhenti, tapi samar tanda koma di bawahnya jadi alasan keberlanjutan kisah dua manusia. bxb bl