Friends from now on

1.8K 161 41
                                    

Perjalanan Jaemin saat hampir pukul 10 malam untungnya tidak sia-sia. Butuh waktu 1 jam kurang untuk sampai apartemen Haechan, dan orang yang ditujunya ada disana. Dan lagi, untungnya dia sempat tanya di lantai berapa unit apartemen si manis saat mereka duduk di halaman belakang villa waktu itu, hingga dia tidak perlu repot pikirkan dimana tepatnya letak unit apartemen Haechan. Karena sampai sejauh dia nekat datang malam ini, mereka belum juga bertukar nomor ponsel.

Tombol bel Jaemin tekan, tidak butuh lama untuk Haechan bukakan pintu untuknya. Wajah bingung si manis berbanding terbalik dengan cengiran senyum dari Jaemin. Jelas dia bingung, Jaemin tidak katakan apapun kalau akan datang malam ini. Untungnya dia tidak berada di rumah orang tuanya, kalau tidak, hanya akan kesia-siaan yang didapatkan Jaemin sekarang.

Tamu yang datang tidak mungkin dia usir walau sekarang bukan lagi waktu untuk datang bertamu. Jadi mau tak mau, Haechan persilakan si tampan itu masuk sampai ke ruang tv, sedang ia beralih jalan ke dapur untuk ambil air putih, setelah tadi bertanya ingin minum apa kepada si tamu tak diundang yang datang malam ini.

"Kenapa kesini?" tanya Haechan sekembalinya dari dapur, gelas ditangan pindah tempat ke atas meja, ia juga bawakan sisa cemilan karena belum sempat beli lagi. Si manis lalu duduk di sofa double, sementara Jaemin di sofa single.

"Kamu mau dengar jawaban jujur atau jawaban bohongnya?" yang benar saja, Haechan terkekeh sambil geleng kepala. Semua orang sudah pasti inginkan jawaban jujur, tapi ia juga cukup penasaran atas jawaban bohong yang Jaemin tawarkan.

"Saya mau dengar dua jawaban itu."

Jaemin mengangguk terlebih dahulu sebelum menjawab, "Oke. Kalo jawaban bohongnya, saya mampir aja soalnya tadi lewat sini." si tampan beri jeda sebentar, ia butuh untuk pindah duduk di samping Haechan sebelum beri jawaban satunya.

"Kalo jawaban jujurnya, saya mau temenin kamu." alis Haechan bertaut bingung, tidak tangkap jawaban jujur yang dimaksud.

"Iya. Kamu pasti mau baca komentar publik di sosial media, kan? Jadi saya temenin. Biar kamu gak sendirian ngerasa kesalnya." Jaemin lantas ambil toples di atas meja, lalu ia bawa ke pangkuan, ia buka penutup toples itu untuk ambil cemilan di dalamnya.

"--kamu juga bisa pukul saya kalo udah kesel banget, tapi jangan kuat-kuat, ya. Sakit soalnya. Hehe." ucap Jaemin beri cengiran, selanjutnya ia bawa masuk chips di tangannya untuk dimakan.

Haechan mengangguk paham sebagai respon awal, "Oke. Walaupun sebenarnya saya gak butuh, tapi saya hargain usaha kamu udah dateng kesini."

"Mau liat sekarang apa nanti?"

"Nanti aja, kita tunggu satu jam lagi." balas Haechan lalu ambil chips dalam toples yang masih dipangku Jaemin. Iklan itu baru tayang sekitar 10 menit lalu di televisi lokal dan di akun official brand; twitter juga instragram, dan Haechan memang berencana untuk baca komentar orang-orang setelah satu jam nanti.  Tapi dia tidak menyangka kalau Jaemin sampai berpikir bisa saja dirinya akan kesal sebab baca tanggapan publik di media sosial, dan  tidak menyangka kalau Jaemin akan datang untuk temani dirinya malam ini.

"Kenapa kamu jadi peduli?" tanya Haechan tolehkan wajah pada Jaemin di sampingnya. Mereka sedari tadi duduk berdampingan, menghadap layar tv yang pantulkan sosok mereka.

"Hmm?"

"Tadi kamu bilang mau temenin saya disini biar bisa kesel bareng, atau saya bisa pukul kamu kalo udah kesel banget. Kenapa kamu peduli akan hal itu?"

"Karna kita teman sekarang?" jawab Jaemin sedikit ragu, tidak yakin kalau Haechan juga menganggap hal yang sama atas hubungan mereka sekarang.

"Tapi saya gak ngerasa kalau kita temen." Nah, tebakan Jaemin benar kan? Sepertinya Haechan masih menganggapnya sebagai rekan kerja.

Semicolon [NAHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang