Haechan tekan tombol lift untuk turun ke lantai dasar, dirinya baru saja temui Mingyu yang minta tolong untuk bawakan berkas yang tertinggal di rumah.
Tepat saat pintu lift terbuka setelah sampai di lantai tujuan, kakinya langsung ambil langkah ke depan. Menuju pintu keluar dari gedung agensi untuk segera pergi dari sana.
"Haechan!"
Tapi rupanya, topi, masker, dan kacamata hitam yang dia pakai, masih bisa buat seseorang kenal akan dirinya. Sontak badannya menoleh begitu dengar namanya dipanggil, dan dari jarak 5 meter, Felix lambaikan tangan, berjalan sedikit tergesa agar lebih cepat sampai dimana Haechan berdiri sekarang.
"Ngapain disini?" tanya Felix tanpa basa-basi sekedar tanyakan kabar. Padahal mereka sudah tidak bertemu cukup lama, harusnya Felix sedikit berbaik hati untuk tanya kabar dirinya baik atau tidak. Tapi Felix memang begitu. Katanya, kalau dia masih bisa lihat temannya berjalan dengan baik dan pakai pakaian bagus, berarti pasti masih baik-baik saja.
Itu pula yang dia lakukan pada Haechan sekarang. Si manis dengan jelas sehat jasmani, masih bisa pakai kacamata mahal dan pakaian yang sudah jelas tidak murah harganya, juga nampak segar meski hanya terlihat matanya saja--saat Haechan lepas kacamata.
"Tadi bawain titipan temen." balas Haechan seadanya.
"Ooh~ kirain ada apa." Felix mengangguk paham, ia kemudian lihat jam di ponsel di tangan sebelah kanan. Niat hati ingin berbincang sebentar, tapi dia sedang tidak punya waktu sekarang.
"Kalo gitu gue ke atas dulu, ya. Ada meeting 5 menit lagi soalnya." pamit Felix, Haechan beri anggukan, persilakan temannya untuk segera ke ruang meeting di lantai atas.
Kalau dari informasi Mingyu tadi, memang akan ada meeting semua para pemilik saham dan pimpinan anak perusahaan HW Entertainment.
Dan Felix, dia punya saham sekaligus pimpin salah satu anak perusahaan. Itulah mengapa kedatangannya di tempat ini tidak mengeherankan bagi Haechan, walaupun dia--Felix bukan model naungan dari agensi ini.
Lantas Haechan kembali balik badan, menuju pintu untuk keluar dari gedung agensi. Tapi sebuah dorongan dari belakang buatnya menoleh ke arah kiri dimana bahunya kena senggol.
"A-ah, maaf maaf." tangan menyatu di depan dada, perempuan itu sedikit membungkuk dan ucap maaf beberapa kali. Tidak sengaja senggol si manis karena sibuk perhatikan ponselnya.
"It's okay." balas Haechan kemudian, lalu kepalanya mendongak bersamaan dengan si perempuan yang juga ikut melihatnya. Sontak ia dapat senyum simpul sebentar, "Haechan, right?" tanya si perempuan dengan kepala yang sedikit dimiringkan.
"Benar, Karina." balas Haechan, ia juga kenal orang yang sekarang masih tersenyum di depannya.
"Wait, can I call you with that name?" tanya Haechan ingin memastikan, siapa tahu Karina kurang nyaman jika dipanggil langsung pakai nama oleh seseorang yang baru pertama kali saling sapa.
Haechan putuskan untuk melepas maskernya, pikirnya tidak ada guna pakai itu semua--masker dan kacamata hitam-- kalau orang-orang tetap mengenalnya. Lagipula dia sedikit merasa tidak enak, terlalu serba tertutup saat sedang berbincang dengan orang lain.
"Yeah, sure. That's my name." balas Karina ramah, saling jabat tangan sebagai tanda perkenalan.
Si canti lalu hembuskan napas gembira, tangannya menepuk senang, "Akhirnya~ aku bisa ketemu kamu kayak gini!" riangnya, tidak menyangka bertemu Haechan bukan di sebuah acara formal. Perempuan itu sudah lama ingin ajak Haechan berkenalan, tapi, sebesar keingannya untuk menyapa Haechan, maka hambatan yang tiba-tiba datang akan lebih besar. Karina selalu punya banyak gangguan jika ingin menyapa si manis idolanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon [NAHYUCK] ✔️
Fanfictionketika titik harusnya jadi tanda berhenti, tapi samar tanda koma di bawahnya jadi alasan keberlanjutan kisah dua manusia. bxb bl