I love you

1.6K 148 21
                                    

Sebenarnya yang si kecil Woojin dengar 20 menit lalu itu suara teriakan sang yaya. Suara Haechan yang cukup nyaring merambat melewati celah dinding dan pintu sampai masuk dalam kamar tempat si kecil tidur, berhasil usik anak itu sampai akhirnya ia terbangun, lantas keluar kamar untuk lihat keadaan di luar kamar. Kemudian dia dapati sang yaya terisak dalam rengkuh Jaemin, hingga dia sampai pada kesimpulan Jaemin sudah mengganggu Haechan dan berakhir dia yang memarahi Jaemin.

Pria itu duduk di sofa ruang santai yang sengaja didesain cukup luas oleh Haechan agar bisa sekalian dipakai bermain untuk sang anak, sedang si manis berdiri menghadapnya dengan tangan Jaemin yang melingkar di pinggang Haechan dan telusupkan wajah tampannya di perut si cinta. Setelah pelukan di ruang tamu tadi, mereka beralih pindah ke ruang santai, lalu kembali melanjutkan pelukan karena masih dirasa kurang —dan akan selalu terasa kurang untuk Jaemin. Bedanya, kali ini hanya dua orang dewasa yang pelukan tanpa si kecil, ia sedang bermain sendiri mengendarai dino keliling ruangan itu.

"Kenapa pipi kamu memar gini?" dagu Jaemin ditarik Haechan ke samping agar ia bisa leluasa amati memar di pipi Jaemin. Ia sadar akan kemerahan di pipi sebelah kiri si pria yang tercetak jelas di kulit putihnya sejak ia bukakan pintu untuk sosok itu.

"Ditampar Renjun." dan Jaemin tidak mau repot-repot untuk berbohong atas kejadian beberapa jam lalu. Lantas si manis berbalik menjauh darinya setelah melepas pelukan, tinggalkan Jaemin yang hanya kedik bahu dan kembali perhatikan anak mereka yang masih sibuk naiki kendaraan elektrik di depan sana.

Tidak lama, Haechan kembali datang dengan baskom kecil berisi es batu yang sudah dibungkus kain. "Kenapa bisa ditampar? Kamu jangan buat dia kesel makanya." tangan lentik itu dengan telaten tempelkan benda dingin dalam kain ke pipi Jaemin.

Sedikit berjengit, Jaemin mendesis sebab perih dan dingin dari es yang menyentuh di permukaan kulitnya jadi satu. "Shh, aku ngaku ayahnya Woojin ke dia. Terus udah, tiba-tiba aku kena tampar." sesekali wajahnya tersentak, tubuhnya masih menyesuaikan suhu dingin yang ditempelkan pada area memar di pipinya.

"Oh, gak heran sih. Dulu emang katanya mau mukul bapaknya Woojin kalo ketemu. Soalnya bisa-bisanya abis hamilin anak orang tapi gak tanggungjawab." ujar Haechan serius perhatikan es batu yang masih terus ditempelkannya di kulit wajah si tampan. Haechan tidak kaget, tapi saat tahu tenyata Renjun menepati ucapannya, dia cukup terkejut untuk itu. Renjun pegang ucapannya yang Haechan pikir hanya omong kosong akibat kesal yang dia rasakan. Karena biasanya, orang kesal suka ucapkan sembarang kata—sudah termasuk sumpah serapah di dalamnya. Dia pikir Renjun hanya asal bicara karena saking kesalnya, tapi rupanya dia benar tepati apa yang dia ucapkan.

"Ya tapi aku mau tanggungjawab pas itu. Aku cari kamu kemana-mana tapi gak ketemu." Jaemin membela diri, orang-orang hanya tidak tahu bagaimana ia mencari si manis tapi nihil, tiada hasil yang didapat. Salahnya juga, dulu dia nekat mencari Haechan sendiri tanpa mau minta bantuan.

"Tapi Renjun kan gak tau bagian itu, dan kayaknya dia tetep gak peduli walaupun kamu jelasin. Soalnya kamu tetep salah di matanya."

"Kenapa tetep salah? Kan aku mau tanggungjawab."

Pada tuturan Jaemin yang mengudara masuk dalam rungunya, Haechan tekan kuat es di tangannya pada pipi Jaemin sampai pria itu meringis sakit. "Ya menurut kamu aja, Jaemin. Kamu hamilin ONS-mu itu bener apa salah?"

Sedari tadi Jaemin tidak menatap Haechan saat bicara, matanya sibuk perhatikan anaknya yang asik sendiri dengan mainannya. Lalu pria itu beralih sedikit mendongak agar matanya bisa tangkap wajah kesal Haechan yang sekarang masih terus berdiri, tangannya ia bawa melingkar di pinggang si manis. "Yaa, nggak bener sih, tapi nggak salah juga. Orang aku bener udah suka, denial aja pas itu."

Semicolon [NAHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang