Part 23

5 1 0
                                    

"Lo gapapa Ra? Maaf kalau gue gabisa ada di sisi lo, dulu gue berharap bakal selalu bisa sama lo dimanapun dan kapanpun..."

Suara lirih seseorang yang Amira dengar saat di perjalanan menuju rumah sakit terdengar seperti suara Rangga, dia tersadar ketika dia sudah berada di rumah sakit dan melihat sekitar yang ternyata saat itu memang tidak ada Rangga di sisinya.

"Gue makin kangen sama lo, Ngga" Ucap Amira lirih.

Amira pun pulang dari rumah sakit bersama Shelina dengan kepalanya yang masih sedikit pusing.

"Kenapa lo sampai ga sadar kalo minuman lo dituangin alkohol sama si bajingan itu" Ucap Shelina sembari menyetir mobil.

Amira hanya diam sembari melamun dan sesekali merintih kesakitan di kepalanya.

"Lo perbanyak istirahat aja ya di rumah, ntar gue bilang sama dosen kalo lo lagi sakit" Ucap Shelina.

Amira hanya mengangguk kecil karena kepalanya yang masih sakit.

"Kepala gue masih berdenyut Shel" Ucap Amira.

"Ntar gue panggilin dokter pribadi buat ngecek keadaan lo di rumah, kebetulan bokap gue punya kenalan dokter pribadi" Ucap Shelina.

"Kok hidup gue gini amat ya Ra? Perasaan gue, dulu itu gue bahagia aja" Tanya Amira.

Shelina pun tiba-tiba mengerem di tengah jalanan yang sepi.

"Ra, hidup itu kita yang jalanin dan nentuin kemana arahnya, kalo kita milih ke arah jalan yang salah, itu resiko kita, entah itu ke jalan yang benar juga resiko kita. Jadi, lo harus jalanin hidup ini dengan sebaik-baiknya, banyak hal baru yang masih belum lo coba dan perjalanan lo masih jauh, Ra" Ucap Shelina.

Amira seketika terdiam dan merenung, tanpa sadar Amira pun meneteskan air mata lalu menangis. Shelina lalu memeluk Amira untuk menyemangatinya.

Bandung, 01.00 WIB...

Di suatu tempat gudang terbengkalai, rintihan kesakitan dirasakan oleh satu pria yang dipukuli dan disiksa oleh beberapa pria.

"ARRGHHH BANGSAT!"

Tiba-tiba seseorang datang dengan 3 pria lainnya yang mengikutinya di belakang.

"Cukup!" Teriak pria itu yang ternyata adalah Diego.

Diego pun menghampiri pria yang di siksa itu yang terduduk lemas di kursi dengan darah yang bercucuran di wajah serta kepalanya.

"Heh bangsat!" Teriak Diego sembari memegangi kepalanya.

Pria yang diduga adalah Ari yang memberikan minuman alkohol pada Amira di club sedikit merintih kesakitan saat Diego memegang wajahnya.

"ARRGHHH bangsat!" Teriak Ari sembari merintih kesakitan.

"Sakit ya? Hah?"

"ARRGHHHH"

Diego memukul wajah Ari sehingga dia terjatuh tersungkur.

"Kita apakan orang ini tuan?" Tanya salah satu ajudan Diego.

"Biar gue aja yang urus" Jawab Diego.

Diego lalu mengambil sarung tangan berwarna hitam beserta sepucuk pistol.

"L-lo mau ngapain bangsat!" Teriak Ari sembari merintih.

"Inilah akibatnya kalo berurusan sama penguasa Bandung!" Teriak Diego.

Diego lalu menodongkan pistol ke kepala Ari dan mengokangnya.

"Mau di kepala? Di dada atau di perut dulu?" Tanya Diego sembari mengarahkan pistol nya pada pria itu.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang