BAB 14 | Bathroom

97 3 0
                                    

Sejak kejadian di arena latihan Lux tak pernah keluar kamar.
dia mengurung diri di kamarnya bahkan tak memperdulikan Flow yg terus mengetuk pintu kamarnya. Tak sekali pun Lux mengijinkannya masuk.
dia hanya memikirkan Kristin, hati dan pikirannya dipenuhi oleh Kristin.

wanitanya saat ini membencinya bahkan lebih memilih Georges.
wolf nya pun tak mau bicara padanya semenjak kejadian di arena Latihan
Lux beberapa kali memindlink Gerd namun tak pernah ada jawaban.
botol miras berserakan di lantai kamar Lux, Luna irene masuk ke kamar dan sangat sedih melihat keadaan putranya. dia tak tahan dan keluar dari kamar Lux.

Luna irene menuju kamar Kristin dengan langkah cepat. beberapa ketukan di pintu akhirnya Kristin membuka pintu kamarnya. Luna irene memeluk Kristin, Kristin kaget namun tetap menyambut pelukan Luna Irene.

Kristin berbisik di tengah pelukan mereka "apa ada yg terjadi Luna?"
Luna irene menatap Kristin "Tolong bantu Lux, hanya kau yg bisa membantunya. dia sedang kacau, selamatkan lah dia dari kegelapan"

Kristin menunduk "maaf Luna kalau soal Lux saya tak bisa membantu apapun"
Luna irene meyakinkan Kristin "hanya kau yg bisa menolongnya saat ini dari kegelapan, tolong bicara padanya sayang,.demi wanita tua ini" Luna irene terisak. Kristin tak tahan melihat Luna irene menitikan air mata.
"jangan menangis Luna, saya sangat mencintai Lux namun dia menolak saya. saya bahkan telah merendahkan harga diri saya hanya untuk bisa bersama nya tapi dia tak menginginkan saya"

Luna irene mengerti posisi Kristin dan juga sulit menjelaskan tentang putranya
dia hanya bisa berkata "aku tak pandai meyakinkan siapapun, namun aku sangat mengenal putraku. dia juga sangat mencintai mu nak. beri dia kesempatan sekali lagi. aku memohon padamu" Luna irene mencakupkan tangan di dadanya memohon pada Kristin

Kristin buru-buru menangkup tangan sang Luna "jangan lakukan ini Luna, saya tak pantas menerima ini semua. baiklah saya akan bicara pada Lux"
mata Luna irene berbinar mendengar kata-kata Kristin "terimakasih sayang, aku tau kau gais yg baik. tolong temui Lux dia ada di kamarnya mengurung diri dari kemarin dan tak makan dengan layak"

Kristin mengangguk "baiklah Luna"
Luna irene tersenyum "aku kembali ke kamar, aku percaya padamu"
setelah luna irene berlalu, Kristin menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju kamar Lux. dia mengetuk beberapa kali dan tidak ada jawaban dari dalam. apakah yg punya kamar sedang tidur? atau sedang keluar kamar?

Kristin memberanikan diri menarik gagang pintu dan pintu terbuka perlahan. suasana di alam kamar sangat gelap, aroma maskulin Lux menyeruak dari dalam kamar bercampur dengan bau alkohol yg pekat. Kristin melangkah masuk kedalam kamar, kakinya tak sengaja menendang botol miras yg banyak tergeletak di lantai. Kristin mencari saklar Lampu namun ketika tangannya meraba-raba mencari saklar ada suara berat dan serak mengagetkannya "jangan hidupkan lampunya, biarkan seperti ini"

ya suara serak dan berat itu milik Lux. kristin kaget dan tak sengaja terjatuh, dia jatuh di pangkuan Lux yg duduk di lantai. Kristin memperbaiki posisinya menghadap ke Lux, meraba dada Lux mencari wajah nya. namun tangan nya di tangkap oleh tangan besar Lux "kendalikan tanganmu, jangan sembarang menyentuh"

Kistin kaget ingin menarik tangannya namun tangan nya digenggam erat oleh tangan besar Lux. "aa-aku ingin memegang wajah mu" Kristin bicara terbata-bata. Lux mengarah kan tangan Kristin ke wajahnya, Kristin mengelus wajah Lux, bulu-bulu di dagunya terasa lebih panjang. Lux memejamkan mata merasakan sentuhan mate nya, sentuhan dan aroma yg begitu dia rindukan.

Lux menggenggam tangan Kristin yg sedang mengelus pipinya "apa yg membawamu kemari?" Lux penasaran kenapa mate nya ini tiba-tiba mencari nya, bukankah Kristin sudah tak perduli padanya, Bahkan terang-terangan memilih digendong pria lain.

Mate from the Island of GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang