***Flashback***
"Tuan dan Nyonya Taeyon, pasien sudah siuman. Artinya tubuhnya sudah bisa kembali merespon semua yang kita lakukan kepadanya. Semua bagian tubuh yang cedera maupun hasil operasi, dalam keadaan yang sangat baik. Tubuhnya melakukan sistem penyembuhan dengan baik, kecuali satu. Bagian memori. Apa yang kita khawatirkan terjadi." Ujar dokter penanggung jawab Wendy.
Tiffany terus menitikkan air matanya. Sementara Taeyon tak berhenti memeluk istrinya untuk menguatkan.
"Tadi saya sudah melakukan wawancara singkat. Tidak banyak yang hilang dari memorinya, ia bisa mengenali konsep keluarga, siapa dirinya, di mana dia bekerja, dan di mana dia tinggal. Bahkan ia mengingat pekerjaan terakhir yang sedang ia kerjakan. Namun ia tidak mengingat hari di mana kecelakaan itu terjadi, dia bilang semuanya tiba-tiba gelap baginya. Artinya, ingatannya berhenti di pagi hari saat sebelum ia menerima berita yang disampaikan sekretarisnya. Kami perlu mendalami lagi sejauh mana trauma yang ia alami. Untuk itu kita perlu merawatnya dan melakukan terapi sampai setidaknya ia mengenal wajah orang tuanya."
Tangisan Tiffany semakin menjadi. Dirinya merasa tubuhnya semakin lemas.
"Sayang, sabar. Ingat, kita harus kuat bersama-sama." Ujar Taeyon terus menguatkan Tiffany.
"Tuan Taeyon, saya paham bagaimana kalian terluka mendengar ini semua, tapi sepertinya aku perlu menyampaikan satu hal lagi. Apakah aku boleh tau siapa wanita yang menjaga pasien selama ini?"
"Maksud dokter Irene?" Ucap Taeyon memastikan.
"Irene ya? Apa dia kekasihnya?"
"Ya, benar dokter. Apa ada yang harus ia lakukan untuk Seung Wan?"
"Diagnosa saya sementara, Irene adalah trauma terbesar pasien."
Tiffany merasa sangat shock mendengar perkataan dokter.
"Bagaimana bisa dok? Tapi selama ini Irene yang membisikkan kalimat penyemangat untuk Seung Wan dan berada terus di sisi Seung Wan." Tiffany berusaha menjelaskan di tengah tangisannya.
"Itu yang perlu kita cek. Sebelum saya keluar, pasien bilang kepalanya sangat sakit. Bahkan dada kirinya, atau saya spesifikkan perasaan di jantungnya, seperti ada rasa diremas kuat ketika melihat Irene. Rasa sakitnya 9 dari 10, yang artinya sedikit lagi ada di ambang batas toleransi sakit yang bisa ia terima."
"Jadi dok, apa yang harus kami lakukan untuk mereka berdua?" Taeyon berusaha untuk tetap tenang.
"Saya akan terus berusaha membuat pasien bisa mengenali orang-orang yang berhubungan dengannya, dengan semua memori yang masih ia ingat. Pada tahap awal aku akan fokus pada orang tua. Selanjutnya orang yang bekerja di rumah tuan dan nyonya, karena ia perlu mengidentifikasi siapa saja yang bisa membantunya dalam keseharian. Baru kita masuk ke kekasih dan teman terdekatnya. Kunci kesembuhan pasien hanya ada di dua hal, kerja sama dan kesabaran dari setiap anggota keluarga, para pekerja di rumah, dan orang terdekat lainnya. Tanpa itu, pasien mungkin akan sangat kesulitan mengembalikan memorinya."
Tiffany dan Taeyon hanya bisa pasrah. Mereka sangat bingung bagaimana harus memberitahu Irene. Mereka pun akhirnya meninggalkan ruang konsultasi dokter dan kembali ke kamar Wendy.
Saat menggeser pintu ruangan rawat inap, Taeyon sangat terkejut karena Wendy melempar vas bunga yang ada di atas nakas. Ia mendapati Irene sedang membawa piring sarapan Wendy. Sepertinya Irene ingin menyuapi Wendy.
"Seung Wan! Apa yang kamu lakukan? Vas itu bisa melukaimu dan Irene." Teriak Taeyon reflek.
"Nak, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Taeyon spontan dan Irene mengangguk dengan ekspresi wajahnya yang penuh kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road
RomanceSemuanya terasa asing bagi penglihatanku, tapi entah mengapa hatiku merasa ini semua begitu familiar. Jalan ini terus membuatku melangkah, meski terkadang aku tersadar langkahku tak membuatku berpindah dari titik awal. Aku sempat jalan di tempat, me...