[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Mohon bijak dalam memilih bacaan]
Pagi ini Wendy terlihat sangat terburu-buru. Bahkan ia tak mengenakan jasnya langsung, seperti hari-hari biasanya. Penampilannya pun mengundang tanya dari Tiffany.
"Hai nak. Bukankah ini bukan weekend? Santai sekali outfitmu?"
"Aku mau cosplay jadi fotografer dulu ma. Aku kangen sama nuna." Jawab Wendy sambil menyambar sandwich yang sudah disiapkan ibunya di atas island.
"Kau ini. Kan tinggal bilang kalo kangen, ketemuan, trus udah. Ngapain pake cosplay jadi fotografer? Lagian emangnya kamu bisa pake kameranya?" Protes Tiffany.
"Mama kan tau aku jago foto dari dulu. Gimana sih." Sahut Wendy sambil mengunyah sandwichnya.
Tak butuh waktu lama untuk Wendy menghabiskan sarapannya. Ia pun bergegas menuju studio tempat Irene mengambil gambar.
Sesampainya di studio, Wendy meminta fotografer yang bertugas untuk beristirahat sejenak. Dirinya menggantikan fotografer itu untuk memotret Irene. Wanita yang tidak mengetahui kekasihnya datang tiba-tiba itu pun sempat terdiam dan tidak ingin terlihat canggung. Melihat kehadiran Wendy, seketika Irene menganggukkan kepalanya, sebuah respon wajar jika dirinya bertemu dengan seorang CEO yang sedang berkolaborasi dengannya.
"Nona Irene, berposelah seperti biasa. Lupakan bahwa aku seorang CEO. Aku ingin mencoba memotret saat ini." Wendy mulai memasang kuda-kuda untuk memotret Irene. Anggukan datang dari Irene.
Wajah serius Wendy dan penampilannya saat ini sedikit mengganggu ketenangan pikiran Irene. Lelakinya itu nampak lebih tampan dari biasanya. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Apa karena tidak bertemu dengannya sehari sudah membuatnya di mabuk rindu?
Wendy terus memandangi layar pada kameranya. Kekasihnya benar-benar terlihat seksi saat ini. Gejolak rindunya pun semakin besar. Ia tak sabar ingin mengakhiri sesi pemotretan ini.
Suara shutter terus bergema di studio foto. Entah sudah berapa foto Irene yang Wendy ambil, hingga tak terasa sudah dua jam lamanya ia melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road
RomansaSemuanya terasa asing bagi penglihatanku, tapi entah mengapa hatiku merasa ini semua begitu familiar. Jalan ini terus membuatku melangkah, meski terkadang aku tersadar langkahku tak membuatku berpindah dari titik awal. Aku sempat jalan di tempat, me...