Chapter 19 - Meragu

72 7 6
                                    

[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Mohon bijak dalam memilih bacaan]

***Flashback***

Range Rover Evoque milik Eunbi telah meninggalkan lobi hotel. Sejeong dan Wendy masih berdiri di depan lobi menyaksikan mobil itu berlalu hingga tak terlihat.

"Seung Wan, apa yang terjadi? Ehm maksudku, maaf aku masuk begitu saja tadi karena aku sudah mencarimu di mana-mana."

"Tak apa Sejeong. Untung kau datang di saat yang tepat dan dengan sigap membantuku. Eunbi menyatakan perasaannya padaku."

"Mwo? Bukankah kalian baru bertemu hari ini?"

"Ya, itu yang aku pikirkan dan takutkan. Kenapa ia begitu agresif? Awalnya kami hanya mengobrol santai, sampai saat ia meminta untuk disajikan wine. Dan terjadilah semua yang kau lihat tadi."

"Haaa. Kau masih beruntung Seung Wan, tidak ada Joo Hyun nuna di sini."

"Astaga! Joo Hyun!"

Wendy pun terburu-buru mengecek ponselnya, dan tertera 3 panggilan tak terjawab dari Irene. Saat ia menelpon balik, ternyata ponsel Irene sudah tidak aktif.

"Haaa, bagaimana ini sejeong. Sepertinya private party ku dengan Irene besok tidak akan berjalan lancar." Keluh Wendy yang ditanggapi dengan senyum dari Sejeong. Ia mendapat tepukan di pundak dari sekretarisnya itu.

Wendy dan Sejeong pun akhirnya meninggalkan tempat acara pukul 1 dini hari. Untung saja pesta diadakan di hari Jumat, sehingga besok adalah hari libur untuk semua orang.

*****

"Seung Wan-ah, bangunlah. Siang ini ayah dan ibu akan berangkat ke Chicago. Kau tidak ingin mengantar kami?" Taeyon berusaha membangunkan Wendy yang masih tertidur.

"Ugh..papaa..kau tau kan semalam aku baru sampai rumah jam 2 dini hari? Maafkan aku, aku terlalu lelah."

"Hmm, baiklah..kalau begitu istirahatlah. Salam untuk Joo Hyun ya, maaf kami tidak bisa menyambut kedatangannya."

"Hmm..memang nanti malam kan private dinner ku dengan dia, ayah. Aku tidak akan mengajakmu ketemu Joo Hyun."

"Haish, anak ini kaku sekali. Oh ya, semalam ayah ditelpon oleh Kwon Ha Joon."

Mendengar nama itu disebut, Wendy langsung terbangun dan menatap ayahnya.

"Apa ada masalah, pa?"

"Hm..apa ini? Aku baru menyebut namanya saja kau langsung bangun. Tidak, ia hanya menyampaikan maafnya kalau putrinya membuat masalah. Semalam Eunbi diantar supirmu kan dalam keadaan mabuk?"

"Ah..itu. Ya, semalam dia mabuk, dan bukan karena aku ya, pa. Itu keinginan dia sendiri."

"Hey anak muda, tenang, ayah juga tidak mencurigaimu. Sejauh ini Ha Joon tidak membahas hal lain, tapi kau perlu berhati-hati. Kau tau kan kenapa wanita memutuskan mabuk di hadapan seorang pria?"

Wendy hanya terdiam menatap ayahnya.

Bagaimana ayah bisa berpikiran sampai situ? Semoga tidak terjadi sesuatu dengan Eunbi dan permintaan kerja samaku ke SOHO group.

Setelah selesai obrolan santai itu, Taeyon dan Tiffany pun berpamitan ke Wendy di kamarnya. Masih dengan posisi tertidurnya, Wendy terus terpikir akan tindakan yang dilakukan Eunbi. Ia tidak bisa menceritakan hal ini kepada Irene saat bertemu malam nanti. Tentu akan mengakibatkan suasana yang tidak bagus.

Di tengah lamunannya itu, ponsel milik Wendy berdering, hanya muncul angka di layar ponselnya. Wendy pun memutuskan untuk menjawabnya.

"Halo?"

The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang