***Flashback***
Senin tak bisa lagi menunggu lebih lama. Hari libur Irene dan Wendy pun usai. Keduanya harus melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Untung saja Irene tidak ada project di luar negeri, sehingga ia bisa menetap di Korea sedikit lebih lama, sedangkan Wendy kembali disibukkan dengan rapat dan pekerjaannya yang selalu saja menumpuk di awal minggu.
"Seung Wan, ini report mengenai kerja sama dengan SOHO." Sejeong menyerahkan berkas kepada Wendy. Seketika wajah Wendy langsung muram setelah sekilas membaca laporan itu.
"Sudah kuduga mereka akan memakai cara kotor. Sebentar lagi pasti papa menelponku."
Benar saja, tak lama setelah Wendy mengatakan kalimat itu, ponsel miliknya berdering
"Ya papa."
"Apa kau kurang berhati-hati Seung Wan?"
"Papa bisa tanyakan ke Sejeong. Aku benar-benar tidak melakukan apapun. Sangat jelas malam itu pimpinan Kwon terlihat antusias dengan proposal kerja samaku. Tapi hari ini semua berbeda, aku rasa ini ada hubungannya dengan Eunbi, pa."
"Lalu apa keputusanmu?"
"Aku tetap akan mencoba jalan lain. Aku tidak ingin menghianati Joo Hyun."
"Kau harus tau, pimpinan Ha Joon sampai menelpon ku dini hari tadi hanya untuk menawarkan berbesanan denganku. Yaa meski ia tidak secara gamblang mengatakannya."
"Aku akan memikirkan jalan keluarnya dengan serius. Papa tak perlu khawatir. Fokus saja dengan kegiatan di Chicago."
"Baiklah, aku tau kau bisa diandalkan."
Taeyon pun menutup teleponnya. Hembusan nafas Wendy begitu berat, padahal hari masih pagi.
"Ini tak akan berlalu dengan mudah Sejeong."
Setelah seharian merasa penat, Wendy pun ingin berolah raga. Ia meminta Sejeong untuk mengantarnya bermain basket di klub. Malam ini Irene tidak bisa bertemu dengannya, bahkan sampai beberapa hari ke depan, karena jadwalnya yang cukup padat. Hal itulah yang membuat Wendy beralih ke dunia olah raga sejenak.
Teriakan para penonton wanita selalu terdengar ketika Wendy berhasil melakukan shooting. Para pemain lainnya pun sering dibuat kagum dengan permainan dari Wendy.
"Sejeong, tolong minumku."
Sebuah botol dilemparkan oleh Sejeong ke arah Wendy.
"Oppa, kau tidak ingin merasakan minuman dariku saja?"
Seorang wanita yang mengenakan masker tiba-tiba mendekat ke Wendy.
"Ah, terima kasih. Aku sudah punya minum." Tolak Wendy dengan ramah.
"Apa kau masih mau menolaknya kalau minuman ini dariku?"
Wanita tadi membuka maskernya, yang ternyata adalah Eunbi. Wendy sangat terkejut sampai ia terbatuk karena sedang minum.
"Eunbi? Kenapa kau di sini?" Tanya Wendy sambil berusaha meredam batuknya.
"Menonton oppa, tentu saja."
Wendy masih bingung, kenapa wanita ini bisa berada di lokasi yang sama dengannya. Ia memandang ke arah Sejeong dan mendapat isyarat gelengan kepala disertai bahu yang diangkat.
"Apa kau sengaja atau tidak sengaja datang ke sini?" Tanya Wendy memastikan dengan ekspresinya yang penuh tanya.
"Hahaha, oppa, kau lucu sekali. Tenang, aku tidak menguntitmu. Tim yang kau lawan, itu tim bentukanku. SOHO punya 10 tim basket untuk perusahaan, dan aku yang mengampunya. Tak disangka aku malah bertemu oppa di sini. Mungkin ini bukan hanya kebetulan, tapi juga takdir." Eunbi melukiskan senyumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Road
RomanceSemuanya terasa asing bagi penglihatanku, tapi entah mengapa hatiku merasa ini semua begitu familiar. Jalan ini terus membuatku melangkah, meski terkadang aku tersadar langkahku tak membuatku berpindah dari titik awal. Aku sempat jalan di tempat, me...