Chapter 16 - Tukar Jiwa

105 9 8
                                    

[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Mohon bijak dalam memilih bacaan]

[siapin mental juga 🤏🏻]

Buughh..

Sebuah pukulan melayang ke wajah Seulgi setibanya mereka bertiga di ruang kerja Wendy. Pukulan yang sudah ditahan oleh Wendy sejak berada di bandara.

"Seung Wan! Apa yang kau lakukan?!" Irene mengeluarkan nada tingginya karena kaget melihat apa yang dilakukan Wendy terhadap Seulgi.

"Yaaah! Kau kenapa?" Seulgi juga ikut meneriakinya sambil mengusap pipi yang terkena hantaman pukulan Wendy.

Wendy hanya terdiam menatap Seulgi dengan nafasnya yang memburu. Irene sedikit ketakutan melihat wajah marah Wendy yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Matanya juga mengarah ke tangan Wendy yang masih mengepal.

Lamunan Irene berakhir saat ia melihat Wendy berjalan mendekati Seulgi. Irene pun bergegas mendekati Wendy dan menahannya dengan memeluk tubuh pria itu.

"Hentikaaan! Hentikan Seung Wan!"

Lengan yang telah terangkat dan siap melayangkan pukulan berikutnya berhasil berhenti setelah Wendy merasakan pelukan yang hangat dari Irene. Wendy pun menatap mata Seulgi yang terlihat masih shock dengan apa yang ia alami. Kesadarannya berangsur kembali karena mendengar tangisan dari Irene. Ia melihat ujung kepala Irene dan merasakan isak tangis Irene di dadanya. Pandangannya pun berubah menjadi pandangan Wendy yang biasanya.

"Seulgi? A-aku..Joo Hyun? A-ah, aku.." kini wajah Wendy diselimuti dengan kebingungan.

"Cukup Seung Wan, aku sedang tidak ingin berbicara padamu. Aku benar-benar bingung. Jelaskan saja lain kali saat emosimu sudah stabil. Aku pergi dulu." Seulgi meninggalkan ruangan Wendy, menyisakan Irene yang masih saja menangis sambil memeluk Wendy.

Pandangan Wendy lurus menatap gedung tinggi yang tepat berseberangan dengan gedungnya. Di dalam pikirannya berkecamuk rasa bersalah karena telah memukul sahabatnya dan membuat kekasihnya menangis.

"Seung Wan, kau kenapa?" Irene bertanya di tengah tangisannya.

"A-aku..aku tidak bisa melihatmu dengan Seulgi." Jawab Wendy dengan nada penuh keraguan.

"Mwo?" Irene melepaskan pelukannya dan menatap Wendy tajam. Tatapan itu hanya mendapat balasan tatapan kosong dari Wendy.

"Maksudmu, kau mengira aku bersama dengan Seulgi dan menghianatimu?"

Wendy hanya terdiam dengan pandangan kosongnya.

"Jawab Seung Wan! Benarkah kau berpikiran seperti itu?" Tatapan Irene berubah menjadi amarah.

"Kenapa kau diam? Seung Wan, aku berbicara padamu!"

Wendy masih tetap terdiam. Irene pun kembali menitikkan air matanya. Ia menangis tersedu hingga tak kuat lagi berdiri. Ia bersimpuh di lantai ruang kerja Wendy.

"Aku kehabisan cara buat jelasin ke kamu, ga pernah sedikitpun aku lupain kamu. Aku kehabisan cara buat jelasin ke kamu, di mataku dan di pandanganku kamu seperti apa. Kalo pun bisa satu hari aja kamu jadi aku, kamu bakal ngerti dan paham, bagaimana aku melihatmu, mengagumimu, menyayangimu, dari sudut pandangku. Apa waktuku buat nungguin kamu selama ini ga ada artinya?"

Mendengar semua perkataan Irene, Wendy pun perlahan menitikkan air matanya. Ia ikut bersimpuh di hadapan Irene. Dipeluknya Irene sangat erat. Keduanya menangis dalam dekapan masing-masing. Wendy merasa sangat bersalah, mengapa emosinya begitu menguasai dirinya sampai harus menyakiti orang yang paling ia sayangi.

"Aku payah, Bae Joo Hyun. Aku orang yang payah. Aku merasa tak pantas."

Irene melepaskan pelukannya dan menatap Wendy.

The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang