Chapter 12 - Cahaya

93 11 2
                                    

[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Mohon bijak dalam memilih bacaan]

"Seung Wan-ah..ma-maafkan aku."

Wendy melangkahkan kakinya dengan cepat dan langsung memeluk Irene yang menangis dan berdiri kaku di depan kamar mandi. Air mata Wendy juga mengalir sangat deras begitu tubuhnya merasakan hangatnya tubuh wanita yang selama ini ia cari.

Di dalam pelukan Wendy, Irene memejamkan matanya, merasakan setiap getaran yang Wendy salurkan karena tangisan pria itu yang semakin menjadi. Ia mampu merasakan bahwa pria itu sedang merasa sangat bersalah padanya. Mata Irene membulat ketika ia merasakan Wendy perlahan berlutut di hadapannya sambil memegang kedua tangannya.

Irene menatap ke bawah, memandangi kekasihnya yang masih saja menangis tersedu. Tanpa mereka sadari Joy, Yeri, dan Seulgi sudah berada di depan pintu ruang rawat Wendy yang sedang terbuka. Ketiga sahabat itu memutuskan untuk tetap menyusul Irene karena khawatir dengan kondisi Wendy, dan sekarang mereka justru mendapati Wendy yang sedang berlutut di hadapan Irene.

"Nuna..tidak..Bae..Bae.." Wendy kesulitan untuk melanjutkan kalimatnya karena tangisannya yang tidak lagi bisa ia tahan. Dadanya terasa begitu sesak, tekanan di kepalanya terasa begitu menyakitkan.

"Bae..haaaa..Bae Joo Hyun! Bae..Joo..Hyun..Maafkan aku, Bae Joo Hyun!" Wendy akhirnya meneriakkan nama Irene, berharap ia bisa melepaskan sebagian emosinya yang memaksa dirinya untuk merasakan sakit yang luar biasa.

Mendengar perkataan itu membuat Irene semakin terisak dalam tangisnya. Joy dan Yeri yang ikut menyaksikan kejadian itu juga ikut menitikkan air matanya.

Akhirnya Wendy kembali.

Irene pun ikut berlutut dan memeluk Wendy di tengah tangisannya.

"Selamat datang kembali sayang.." Pelukan erat langsung diberikan Irene, tak lupa ia mengusap punggung lebar kekasihnya itu.

"Maafkan aku..maafkan aku..semua sikap jahatku, emosiku yang pasti membuatmu lelah..jarak yang aku ciptakan sendiri, kesakitan yang aku perbuat padamu, dan semua ruang yang memisahkan kita, maafkan aku Joo Hyun. Kau pasti merasa sangat kesulitan selama ini."

"Tidak..jangan pikirkan itu. Aku senang kau sudah kembali. Penantianku sudah berakhir. Sekarang, tenangkan dirimu, ya?"

Di tengah tangisan Irene dan Wendy yang perlahan mereda, tiba-tiba terasa ada yang memeluk di belakang mereka. Keduanya kaget, dan mendapati orang yang memeluk mereka ternyata Joy, Yeri, dan Seulgi.

"Oppaaaa..selamat datang oppaaa.." Yeri berteriak begitu kencang di telinga Wendy di tengah tangisannya.

"Unnie, selamat, selamat karena kau telah berhasil melewati semua ini" Joy pun tak ingin kalah mengekspresikan kegembiraannya di tengah tangisnya.

"Yaaah..kalian kan sudah ku minta untuk langsung ke Seoul!" Protes Irene.

"Tidak ada hal seperti itu unnie. Untung kami bersikeras untuk datang, jadi kami tidak melewatkan drama mengharukan ini. Semua ini adalah sejarah!" Ledek Seulgi.

"Yaaah, Seulgi, ini bukan lelucon." Teriak Irene tepat di wajah Seulgi.

Wendy pun tertawa melihat kekasihnya memarahi sahabatnya itu.

"Diam kau Seulgi, jangan membuat kekasihku marah." Wendy tersenyum puas, meski air mata belum hilang dari pipinya.

Mendengar kalimat itu, ketiga orang yang sedang memeluk Irene dan Wendy secara kompak melepaskan pelukannya dan berdiri.

"Haaaah..lihatlah oppa yang sangat bucin sudah hadir lagi di tengah-tengah kita. Apakah kita harus mendengar celotehan dan pujiannya untuk Joo Hyun unnie lagi?" Yeri ikut melontarkan ledekan untuk mereka berdua.

The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang