***Present Time***
Tok..tok..
"Ya, silahkan masuk." Taeyon mempersilahkan sekretarisnya dan seorang detektif yang menangani peristiwa kecelakaan Wendy memasuki ruang rapat pribadinya.
"Selamat siang Tuan Shon. Maaf aku terpaksa harus meminta waktumu untuk berdialog."
"Tidak apa, tuan Lee. Apa kau baik-baik saja? Bajumu basah." Sapa Taeyon setelah sejenak melihat nametag yang menggantung di leher detektif itu dan mendapati lawan bicaranya sedikit lusuh karena hujan yang sangat deras di luar.
"Ah tidak apa Tuan Shon, hal ini biasa buatku. Badai di luar memang sedikit tak bersahabat. Ehm, saya akan langsung ke intinya. Beberapa hari lalu ada 2 orang saksi yang datang melapor ke kantor kami. Saat kami tanya, apa motif mereka menyampaikan hal ini, keduanya hanya menjawab bahwa mereka terus merasa terdesak untuk menginformasikan hal ini kepada kami."
"Siapa kedua orang itu?"
"Mereka adalah security gedung di ujung perempatan, tempat di mana Wendy mengalami kecelakaan."
"Apa yang mendesak mereka? Bukankah kejadiannya sudah berlalu lebih dari 2 tahun lalu?"
"Mereka hanya mengatakan bahwa kegelisahan terus menghantui mereka. Saat hari kejadian mereka tidak memiliki keberanian untuk terlibat, selain itu mereka merasa bahwa kejadian itu akan semakin rumit bila mereka memberikan kesaksian di luar apa yang tertulis di laporan kejadian. Mereka sangat memperhatikan kesembuhan korban. Kedua security ini juga mengaku bahwa mereka sudah diperkuat dengan bukti cctv yang ada di luar gedung mereka, setelah beberapa kali mengajukan permohonan untuk mengakses cctv tersebut. Hal ini lah yang ingin ku ungkapkan padamu, Tuan Shon."
"Detektif Lee, sekarang aku sangat penasaran, apa yang mereka lihat dari rekaman cctv itu? Apa yang janggal?"
"Mobil yang menabrak Wendy. Sebuah van hitam yang menurut kedua saksi dengan sengaja melaju sesaat sebelum lampu berganti menjadi hijau. Sebenarnya Wendy salah memperhitungkan kecepatannya, tapi kita semua tahu ada jarak beberapa detik ketika lampu di salah satu titik menjadi merah, lampu di sisi lainnya juga tidak otomatis langsung hijau. Jeda beberapa detik itu yang dimanfaatkan oleh pengemudi van hitam ini. Sementara kejanggalannya ada pada momen itu."
Detektif Lee pun memperlihatkan rekaman cctvnya kepada Taeyon, dan semuanya terasa masuk akal.
"Lalu siapa pelakunya? Dia pasti pesuruh yang diminta tuannya."
"Saat ini kami masih mencari tahu, pengendara van itu juga masih kami lacak lokasinya."
"Tolong upayakan, apapun bentuk dukungan yang kau butuhkan, aku akan penuhi. Orang itu harus ditangkap. Dia sengaja mencelakai anakku." Ujar Taeyon bergetar karena menahan amarahnya.
"Baik Tuan Shon, kami akan memaksimalkan pencarian kami. Kalau begitu saya permisi."
Taeyon pun mengantar detektif itu hingga ke depan ruang rapatnya. Emosinya naik begitu saja. Berbagai spekulasi mulai muncul di pikirannya.
Kalau sampai SOHO group berani melukai anakku, aku tidak akan tinggal diam!
*****
Siang ini Wendy mengadakan rapat bersama seluruh BOD anak perusahaan fashion milik ayahnya. Seluruh empat kepala cabang butik fashion yang value cabangnya masih di bawah garis aman turut diundang. Pembahasan panjang tentang alternatif lain untuk menghindari kerja sama SOHO terus dilakukan. Setiap orang sudah mendiskusikan jalan keluar, namun hanya satu yang memungkinkan.
"Tapi Wendy, cost nya akan terlalu mahal. Bahkan jika berhasil mengungguli target yang diberikan dari SOHO, aku tak yakin perusahaan mampu menutup gap antar cabang. Ini terlalu berisiko." Ujar Seulgi memberikan cons dari pilihan memungkinkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road
DragosteSemuanya terasa asing bagi penglihatanku, tapi entah mengapa hatiku merasa ini semua begitu familiar. Jalan ini terus membuatku melangkah, meski terkadang aku tersadar langkahku tak membuatku berpindah dari titik awal. Aku sempat jalan di tempat, me...